Erupsi Gunung Barujari, anak Gunung Rinjani, mengakibatkan kerugian pada sejumlah hotel di Mataram, Nusa Tenggara Barat, sekitar Rp1 miliar hingga Rp1,5 miliar per hari, karena Bandara Internasional Lombok (BIL) ditutup.
“Ini kita baru menyebut kerugian hotel di Mataram saja yang jumlahnya 108 hotel mulai dari hotel melati hingga hotel berbintang, belum termasuk hotel di luar kota,” kata Reza Bovier Ketua Asosiasi Hotel Mataram di Mataram, Rabu (11/11/2015) seperti dilansir Antara.
Reza yang juga menjabat sebagai Manajer Hotel Santika ini mengatakan, kerugian itu disebabkan dalam sepekan ini rata-rata tingkat hunian hotel di kota ini menurun drastis hingga 80 persen.
Hal itu dipengaruhi pembatalan sejumlah kegiatan MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition) dengan prediksi jumlah kunjungan sekitar 3.000-5.000 orang.
“Ya sekarang rata-rata, aktivitas di hotel anteng-anteng saja sambil berharap agar BIL segera bisa beroperasi agar wisatawan bisa datang ke Kota Mataram,” katanya.
Padahal, kata dia, kondisi Kota Mataram saat ini cukup kondusif dari abu vulkanis Gunung Barujari, termasuk aktivitas masyarakat tidak terganggu.
“Tetapi, karena BIL tidak bisa beroperasi wisatawan tidak bisa datang. Ya kita kadang geregetan juga,” katanya.
Di sisi lain, kata Reza, erupsi Gunung Barujari ini memberikan hikmah kepada pemerintah, karena untuk mendukung kelancaran aktivitas pariwisata harus ada alat transportasi alternatif sehingga tidak hanya mengandalkan alat transportasi udara.
Menurut dia, transportasi darat atau pelabuhan mini yang ada di beberapa titik di daerah ini harus segera mendapat pembenahan, penataan agar dapat berfungsi maksimal. Seperti di Teluk Nare dan Senggigi.
“Dari Teluk Nare dan Senggigi, wisatawan bisa melakukan penyebrangan ke Bali hanya dalam waktu satu setengah jam, begitu juga sebaliknya,” sebutnya.
Sementara, katanya, keberadaan Pelabuhan Lembar sebagai pelabuhan induk saat ini kondisinya kurang representatif untuk wisatawan.
“Bayangkan, untuk sampai ke Kota Mataram, wisatawan harus melakukan perjalanan enam sampai tujuh jam dalam keadaan normal. Belum termasuk waktu untuk antre,” sebutnya. (ant/dwi)