Pernahkah Anda mengenal dan mengonsumsi sayuran genjer? Sayuran itu merupakan salah satu tanaman sejenis enceng gondok yang hidup di air dan biasanya tumbuh liar di sekitar persawahan.
Tanaman yang memiliki nama latin “Limnocharis Flava” itu memiliki daun yang terlapisi oleh semacam lilin, sehingga terlihat mengkilat dan batang yang berongga atau berpori.
Sayuran genjer itu memiliki kandungan gizi yang tidak kalah tinggi dengan jenis sayuran hijau lainnya, meskipun pernah diidentikkan sebagai makanan kelas bawah, namun ternyata kandungan gizinya termasuk ke dalam kelas tinggi.
Tanaman yang biasa menjadi gulma di persawahan itu biasanya diolah menjadi oseng atau tumis genjer, pelengkap pecel, dan campuran gado-gado, serta dibuat sayur bobor.
Di tangan empat mahasiswa semester VI Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember yakni Naili Mawadatur Rohma, Willibrodus Tri H, Ahmad Tri Rifqi, dan Sri Ningsih, sayuran genjer tersebut disulap menjadi dendeng.
“Selama ini dendeng selalu dibuat dari daging sapi, ayam, atau ikan karena dendeng merupakan makanan khas Nusantara yang selalu diburu penikmat kuliner, sehingga kami coba mengolah genjer menjadi dendeng yang lezat,” kata Naili Mawadatur Rohmah, satu dari empat pembuat dendeng genjer.
Menurutnya, ide membuat dendeng dari genjer, juga terinspirasi dari dendeng daun singkong yang sudah ada karena dendeng dari sayuran merupakan pilihan bagi kalangan vegetarian yang tidak bisa mengonsumsi daging.
“Para vegetarian bisa menikmati dendeng bukan dari daging sapi atau lainnya, namun sayuran yang dibentuk menyerupai daging yang dikeringkan, sehingga tidak ada salahnya membuat dari daun genjer yang selalu ada tanpa mengenal musim,” jelasnya.
Untuk mendapatkan komposisi dendeng yang lezat, empat mahasiswa FTP Unej itu harus mencoba beberapa kali karena harus menghilangkan rasa agak pahit dari sayuran genjer itu.
“Komposisi rempah-rempah juga harus pas dan perlu teknik khusus untuk mengurangi rasa pahit di daun genjer, sehingga perlu berkali-kali mencoba untuk mendapatkan resep dendeng genjer yang lezat,” tuturnya.
Menurut dia, proses pengeringan dendeng dilakukan dengan cara sederhana yakni menjemur di bawah sinar matahari secara langsung selama dua hingga tiga hari.
“Kalau dipanaskan dengan oven hasilnya kurang maksimal, sehingga harus dijemur di bawah terik sinar matahari secara langsung dan susahnya kalau mendung, bisa membutuhkan waktu lebih dari tiga hari,” paparnya.
Ia menjelaskan butuh kesabaran dan ketelatenan dalam mengolah genjer menjadi dendeng karena untuk mendapatkan komposisi yang tepat juga perlu beberapa kali mencoba, sehingga tidak boleh putus asa.
Kaya Gizi
Genjer merupakan sayuran yang memiliki kandungan serat yang cukup tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan serat tubuh dalam sehari, sehingga dapat melancarkan pencernaan.
“Genjer juga mengandung protein yang cukup tinggi, kalsium tinggi yang dapat membantu pertumbuhan tulang, fosfor, dan zat besi, sehingga baik dikonsumsi,” tutur mahasiswa pembuat dendeng lainnya, Ahmad Tri Rifqi.
Unsur gizi yang dikandung tanaman sayur genjer itu, setiap 100 gram genjer mengandung energi 39 kkal, 1,7 g protein, 7,7 karbohidrat, 62 mg kalsium , 33 mg fosfor, dan 2.1mg zat besi.
“Pengolahan genjer menjadi dendeng merupakan salah satu alternatif untuk memperpanjang masa simpannya karena tanaman yang kaya serat itu mudah sekali rusak,” paparnya.
Untuk mengolah tanaman genjer menjadi dendeng, lanjutnya, perlu ditambahkan telur, tepung kedelai, tapioka, dan bumbu rempah-rempah khas Indonesia.
“Membuat dendeng genjer hampir sama dengan dendeng pada umumnya, namun ada teknik khusus untuk menghilangkan rasa agak pahit daun genjer dan pengolahannya memerlukan sinar dalam proses pengeringannya,” katanya.
Menurutnya, kandungan gizi dendeng genjer juga tidak kalah dengan kandungan gizi yang terdapat di dalam dendeng daging pada umumnya, karena setiap 1 gram dendeng genjer menghasilkan energi sebesar 3,5 kalori dan mengandung karbohidrat (51,44 persen), protein (9,82 persen), lemak (8,89 persen), air (28,84 persen), dan mineral (1,01 persen).
“Untuk melengkapi kandungan gizinya , maka ditambahkan tepung kedelai sebagai sumber protein, sehingga dendeng genjer bisa digunakan sebagai lauk atau langsung dimakan sebagai kudapan,” katanya.
Harga satu kemasan dendeng genjer itu cukup murah yakni Rp6.000 per bungkus dan dapat dijadikan camilan saat santai, namun dendeng tersebut hanya bisa bertahan sekitar dua hingga tiga minggu karena empat mahasiswa itu tidak menambahkan bahan pengawet dalam kreasi produk olahan berbahan baku sayuran genjer itu.
Empat mahasiswa FTP Unej itu berencana mengembangkan dendeng genjer hasil olahannya menjadi sebuah bisnis kuliner setelah mereka lulus nanti.
“Memang ada rencana yang lebih serius untuk memasarkan dendeng genjer ini ke pasaran, namun sejauh ini yang memesan hanya teman-teman dekat karena sibuknya jadwal perkuliahan,” ujarnya seperti dilansir Antara.
Salah seorang warga Jember yang membeli dendeng genjer, Fatimah, mengatakan rasa dendeng genjer hampir sama dengan dendeng lainnya.
“Kalau dirasakan sekilas, memang hampir mirip, namun kalau dikunyah terasa sayuran genjernya yang berbalur rempah-rempah. Enak kalau dimakan pakai nasi,” tuturnya.
Menurutnya, dendeng genjer bisa menjadi salah satu alternatif bagi penikmat kuliner vegetarian yang suka dendeng karena selama ini dendeng dari sayuran masih jarang ditemui di pasaran.
Inovasi Produk Pangan
Membuat genjer menjadi dendeng merupakan salah satu inovasi karya mahasiswa yang dipamerkan dalam kegiatan “Inovasi Produk Pangan” di Fakultas Teknologi Pertanian Unej beberapa waktu lalu.
Dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Produk Baru FTP Unej, Dr Ahmad Nafik, mengatakan semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah “Pengembangan Produk Baru” sepakat untuk memamerkan produk pangan karya mereka.
“Mereka melakukan inovasi untuk membuat produk makanan, minuman, dan camilan yang dibuat dengan memperhatikan nilai gizinya,” tuturnya.
Ia mengatakan pembuatan inovasi produk pangan tersebut dilakukan sejak awal melalui proses “screening” baik ide maupun bahan baku , sehingga kekurangan produk tersebut dapat disempurnakan.
“Temuan inovatif seputar diversifikasi pangan yang dihasilkan oleh mahasiswa diharapkan dapat diaplikasikan di masyarakat, sehingga produk itu bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan,” paparnya.
Selain dendeng genjer, lanjutnya, produk inovasi hasil karya mahasiswanya di antaranya kebab kacang koro, roti maryam dari ubi ungu, es krim wedang cor, puding pati ganyong, dan rendang daun singkong.
“Mahasiswa yang lulus nantinya diharapkan bisa berwirausaha dengan mengembangkan bisnis kuliner dari inovasi pangan yang sudah dibuat bersama teman-temannya, sehingga bisa menciptakan lapangan kerja baru,” katanya.(ant/ipg)