Peribadatan di Klenteng Sanggar Agung Kenjeran, Surabaya, berlangsung khusyuk pada Tahun Baru Imlek 2566, Kamis (19/2/2015). Umat Tri Darma terus berdatangan di klenteng yang terletak di pinggir pantai itu.
Meski sepi saat pergantian tahun, tadi siang klenteng yang terdapat dua patung naga berukuran besar itu penuh umat yang bersembahyang dengan khusuk.
Para umat datang berbondong-bondong bersama keluarga. Sebelum melakukan sembahyang, mereka membeli perlengkapan sembahyang. Terutama lilin, yoshua, dan toa kim atau uang kertas sebagai persembahan kepada dewa.
Memasuki pintu utama, lilin-lilin berukuran besar menyala di sekeliling altar Dien Kong (Tuhan Semesta Alam) dan Dewi Kwan Im. Di altar itu para umat memanjatkan puja dan harapan. Selanjutnya, umat menuju ke altar Budha Sidharta Gautama. Masih ada tujuh altar lain yang harus mereka datangi di dalam ruangan persembahyangan itu.
Di Tahun Kambing Kayu ini umat Tri Darma yang terdiri dari ajaran Kong Hu Chu, Tao, dan Budha, tetap harus berlomba-lomba melakukan kebaikan. Yudi (63) salah seorang umat yang datang bersama beberapa orang saudaranya mengatakan bahwa ada lima hal penting yang merupakan inti ajaran Tri Darma. Yaitu Puja, adalah pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemudian berbudi baik kepada orang tua, kepada keluarga, kepada saudara, dan kepada tetangga atau orang lain di sekitar.
“Menurut saya, setiap umat harus kembali pada lima hal ini. Percuma saja walau melakukan ritual-ritual persembahyangan yang sudah menjadi tradisi, tapi tidak menghayati makna ajaran agama,” ujarnya kepada Suarasurabaya.net, tadi siang. Yudi menilai, umat yang datang ke Klenteng lebih banyak dibandingkan tahun lalu.
Lina (45), yang datang bersama suami, dan dua anaknya mengatakan bahwa dia sengaja datang siang tadi karena sudah melakukan sembahyang di malam pergantian tahun, di rumahnya. Mengenai harapannya di tahun 2566 ini, ia berharap agar situasi baik di Kota Surabaya maupun di Indonesia, terutama di lingkungan keluarganya tetap aman. “Ya supaya semua aman. Termasuk dalam hal rejeki,” katanya.
Kalau siang tadi klenteng yang berdiri sejak 15 tahun lalu itu penuh oleh umat yang bersembahyang, Yuni (42) penjual perlengkapan sembahyang di Sanggar Agung mengatakan, semalam pada pergantian tahun lebih sepi. “Lebih sepi dibandingkan tahun lalu. Biasanya ramainya ya semalam, Barangkali karena tadi malam hujannya lumayan deras,” ujarnya. (den/rst)