Sabtu, 23 November 2024

SAGKI Bahas Tantangan Keluarga Universal

Laporan oleh Errol Jonathans
Bagikan
Banner acara Sidang Agung Gerje Katolik Indonesia 2015

Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2015 yang bertema “Keluarga Katolik Sukacita Injil” di Via Renata Cimacan Bogor, pada hari ke-3, Rabu (4/11/2014) mengagendakan tantangan yang dihadapi keluarga single parent karena perceraian, keluarga buruh migran yang memisahkan suami atau istri dengan keluarga, serta perkawinan campur agama.

Menanggapi materi SAGKI 2015 tersebut, Monsigneur Sutikno Wisaksono Uskup Keuskupan Surabaya mengatakan, tema “Keluarga Katolik Sukacita Injil” merupakan pertemuan keluarga-keluarga Katolik untuk meneguhkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam keluarga, yaitu tanggungjawab, kesetiaan, kejujuran, cinta kasih dan keterbukaan.

“Para keluarga Katolik saat ini harus mengarungi perjalanan waktu dengan melawan arus zaman yang berbahaya, karena zaman yang mereka hadapi dapat menumbangkan nilai-nilai keluarga itu,” kata Monsigneur Sutikno.

“Berbicara tentang tantangan keluarga di Keuskupan Surabaya utamanya di metropolitan Surabaya, keluarga akan menghadapi tantangan pluralitas budaya, suku dan agama termasuk persoalan ekonomi. Hal ini dapat membuat keluarga rentan berhadapan dengan budaya materialisme, hedonisme dan semua pengaruh yang merusak nilai hidup keluarga serta rumah tangga,” tambahnya.

Terkait dengan tahun 2016 sebagai “Tahun Anak” yang ditetapkan Keuskupan Surabaya sesuai Tahun Arah Dasar Keuskupan (Ardas), Uskup Surabaya akan menjadikan tema SAGKI 2015 sebagai tahun keluarga yang bernilai universal, sehingga akan memberi sumbangan bermakna dalam merancang program untuk Tahun Anak 2016.

“Momentum ini penting untuk menyiapkan anak-anak sebagai generasi termuda, agar mampu mengantisipasi arus zaman yang berbahaya dan potensial merusak hidup mereka. Utamanya teknologi komunikasi yang membuat anak makin jauh dari komunikasi yang wajar dan normal dalam keluarga. Saya pesan orangtua juga harus lebih peka dan berani melawan arus di zaman yang berbahaya ini,” tegas Monsigneur Sutikno Wisaksono.

Dalam sidang SAGKI 2015 di hari ke-3, peserta mendengarkan testimoni Ibu Ari (Keuskupan Jakarta) sebagai seorang single parent, ibu Maria Imin (Keuskupan Ruteng Flores) yang ditinggal suaminya menjadi buruh Migran di Malaysia Barat sejak 2013, serta perjuangan Ibu Maria Loretha (Keuskupan Larantuka) dalam menggerakkan masyarakat menanam sorghum demi ketahanan pangan. Dihadirkan juga keluarga beda agama yang berkisah tentang perjalanan perkawinan mereka.

SAGKI 2015 berlangsung sejak tanggal 2 hingga 4 November 2015 di Via Renata Cimacan Bogor. Forum 5 tahunan ini sudah berjalan 4 kali, yang dihadiri Uskup se Indonesia, serta utusan dari 37 Keuskupan di Indonesia yang jumlahnya 569 orang.

SAGKI 2015 ditargetkan dapat merumuskan upaya Gereja Katolik mendampingi keluarga saat menghadapi persoalan keluarga dan rumah tangga di era modern masa kini dan masa yang akan datang.(erj/rst)

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs