Setelah berkumpul di Taman Bungkul, Kamis (3/11/2015) pagi, ratusan driver Go-Jek berbondong-bondong ke Kantor Go-Jek Surabaya di Jalan Tidar.
Para driver menuntut kejelasan soal sanksi suspend (penghentian aplikasi gojek driver, red) dengan tuduhan telah melakukan order fiktif.
Hendraven Koordinator Aksi Solidaritas Driver Go-Jek mengatakan, tidak hanya sanksi suspend sehingga driver tidak bisa bekerja, mereka yang dianggap melakukan pelanggaran juga dikenai denda.
“Kami tidak tahu kesalahan kami itu dimana. Manajemen tidak memberikan penjelasan. Belum lagi ada teman-teman yang dikenai denda dari ratusan ribu sampai belasan juta,” katanya kepada wartawan, Kamis pagi.
Masalah ini mencuat ketika sebagian besar driver Go-Jek tidak bisa mengakses aplikasinya sehingga tidak bisa bekerja pada Senin (30/11/2015) lalu.
Tidak hanya di Surabaya, suspend aplikasi driver ini juga terjadi di beberapa kota besar di Indonesia. Unjuk rasa driver di masing-masing kota pun dilakukan secara bergiliran.
Di Surabaya, driver Go-Jek menuntut beberapa hal. Antara lain pembatalan suspend massal tanpa syarat, transparansi sistem baik mengenai penjelasan suspend, denda akibat kesalahan, potongan, penarikan honor bermasalah, dan lain sebagainya.
“Selama ini SOP dari manajemen tidak jelas. Demikian juga peraturan-peraturan manajemen yang selalu dibilang semuanya kebijakan pusat,” katanya.
Para driver mengaku geram karena setiap kali menanyakan masalah sanksi, denda, atau permasalahan lainnya seputar pekerjaan mereka, manajemen di Surabaya tidak bisa menjelaskan.
Lukmanul Hakim, salah satu supervisor driver Go-Jek Surabaya mengatakan pihak manajemen di Surabaya tidak diberi kewenangan untuk mengambil kebijakan.
“Pihak manajemen hanya bisa memberikan catatan-catatan pelanggaran. Ada di kantor. Tapi karena jumlahnya ribuan, butuh proses,” ujarnya sebagai penjembatan antara driver dengan manajemen. (den/ipg)
Teks Foto:
– Ratusan driver Go-Jek berbondong-bondong ke Kantor Go-Jek Surabaya di Jalan Tidar dengan membentangkan spanduk dan sejumlah poster.
Foto: Denza suarasurabaya.net