Susanto Kasubsi Operasi SAR Oksibil Papua mengatakan, pesawat Trigana jenis ATR bernomor penerbangan IL 267 mulai hilang kontak di ketinggian 13.500 kaki atau 4000 di atas permukaan laut.
Dikhawatirkan, karena cuaca buruk pilot memilih tidak menaikkan ketinggian tapi malah terbang rendah sehingga bisa berakibat menabrak gunung. Susanto mengakui, kebanyakan pilot di Papua terkenal nekat.
“Biasanya, cuaca buruk itu berada di ketinggian di bawah 4000. Jadi, mestinya pesawat di bawah naik ke atas ketinggaian 4000. Tapi, pilot-pilot di sini (Papua–red) terkenal berani. Saya khawatir pilot malah menurunkan ketinggian yang berakibat menabrak pegunungan,”kata Susanto Kasubsi Operasi SAR Oksibil Papua pada Radio Suara Surabaya , Minggu (16/8/2015).
Susanto menjelaskan, kontak terakhir pesawat ATR tersebut 17 menit sebelum akhirnya lost contact pada pukul 15.21 WIT. Saat lepas landas pada pukul 14.23 WIT dari bandara Sentani cuaca di Jayapura relatif bagus. Namun, ketika mendekati pegunungan Oksibil cuaca menjadi berkabut dan gelap tertutup awan.
“Pencarian sementara dihentikan. Sebab, jarak antara Pos SAR Oksibil dan lokasi dugaan jatuhnya pesawat sekitar 18 kilometer. Itu pun medannya daerah pegunungan dengan rata-rata ketinggian 3000-4000 meter,”kata dia.
Diberitakan sebelumnya, Pesawat Trigana jenis ATR bernomor penerbangan IL 267 dilaporkan hilang kontak dalam penerbangan Jayapura-Oksibil, Minggu (16/8/2015). Pesawat jenis ATR itu membawa 54 penumpang beserta kru dengan rincian 44 dewasa, 2 anak-anak, 3 balita dan 5 kru. (din/dwi)