Peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya mengisahkan banyak cerita. Sejarah pertempuran terdahsyat tersebut memang sudah banyak ditulis dan diterbitkan, bahkan diangkat ke layar lebar. Dan Pidato Tengah Malam karya Dukut Imam Widodo, yang juga berlatar belakangi pertempuran 10 November di Surabaya, adalah bukan sembarang pidato.
Pidato Tengah Malam adalah kumpulan cerpen yang secara sadar menggunakan data-data sejarah yang nyata, melalui wawancara serta studi dari berbagai literatur sejarah Indonesia maupun dunia, tetapi dituliskan kembali dan disajikan sebagai perpaduan antara kisah nyata dan fiksi.
Pada 9 November 1945 sekira pukul 23.00, Gubernur Soerjo menyampaikan pidatonya yang membakar jiwa dan semangat masyarakat Surabaya ketika itu. Lantaran pidato itu secara tersirat menunjukkan pada Sekutu bahwa Arek-arek Suroboyo tidak gentar dan tunduk pada ultimatum Sekutu.
Dan Pidato Tengah Malam yang dikumandangkan Gubernur Soerjo membuahkan hasil yang dicatat dunia bahwa pada hari pertama pertempuran 10 November 1945 itu, para pejuang dengan semangat tempur tinggi melawan Sekutu, berhasil merontokkan 3 pesawat tempur Sekutu.
Termasuk diantaranya sebuah pesawat yang ditumpangi satu diantara Jenderal pasukan Inggris. Perang 10 November 1945 di surabaya dicatat dunia sebagai pernag dahsyat yang paling brutal. Selama lebih kurang 3 minggu pertempuran di Surabaya itu menelan korban ratusan bahkan mungkin ribuan korban dari pihak Indonesia maupun Sekutu.
Dari pada buku Pidato Tengah Malam ini terungkap juga bahwa sosok Chairil Anwar pujangga yang dinamai Si Binatang Jalang itu juga ikut bertempur di Surabaya. Sejumlah foto-foto dramatis seputar pertempuran di Surabaya, puisi tentara pelajar yang ikut bertempur, juga lagu-lagu perjuangan dan parikan jaman perjuangan menjadikan buku ini kian lengkap.
Puluhan tulisan menarik dengan gaya khas seorang Dukut Imam Widodo yang telah menerbitkan sejumlah buku ini juga mewarnai Pidato Tengah Malam. Bermula Dari Domei, Zaman Bersiap, Kimigayo Terakhir, Surabaya Sue, Nama Saya Soerjo, Kapten Roes, Doel Arnowo, Orang-orang Kuo Min-Tang, Perang Yang Melahirkan Lagu, Mata-mata, dan Neraka Surabaya.
Saat menyusun buku ini Dukut tidak sendirian. Beberapa penulis muda ikut mewarnai karya Dukut kali ini, seperti Asa Wahyu Setyawan Muchtar, Ardi Wina Saputra dan Rifkhi Sulaksmono. Juga ada penulis parikan terkenal di Jawa Timur, Wahyu Nugroh, Rakhmad Giryadi dan Maulana yang menggarap layout buku. Serta Heru Gunarso Yuwono putra anggota TRIP yang juga mensuplai banyak data untuk Pidato Tengah Malam.
Dijadwalkan, Pidato Tengah Malam bakal diluncurkan sekaligus didiskusikan pada Sabtu (28/11/2015) di House of Sampoerna, yang langsung dihadiri oleh Dukut Imam Widodo.(tok/rst)