
Tetap sederhana menjalani hidup dan tidak melakukan korupsi adalah dua hal yang selalu diingat Boas Panjaitan, menantu pertama Almarhum Komjen Polisi Muhammad Yasin, dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian dari keluarga besar Bapak Brimob Polri ini.
“Dua hal itu yang selalu saya kenang dari beliau. Karena ternyata memang dua hal itu sangat berpengaruh dalam kehidupan yang saya jalani sebagai manusia, sebagai menantu, juga sebagai bagian dari keluarga besar Komjen Polisi Muhammad Yasin,” terang Boas.
Hidup sederhana dan humble, lanjut Boas selalu ditekankan oleh mertuanya itu. Bahkan secara pribadi Boas melihat sendiri bahwa semasa hidup, Muhammad Yasin sangat peduli terhadap sesama pejuang.
“Meski beliau sendiri sangat sederhana hidupnya, tetapi tidak pernah menolak jika dimintai tolong oleh rekan-rekan sesama pejuang. Juga terhadap anak-anak rekan-rekannya itu beliau juga kerap memberikan bantuan,” ujar Boas.
Selain itu, Muhammad Yasin dikeluarganya juga dikenal tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada keluarga maupun kepada putera-puterinya. “Opa, begitu biasa kami panggil beliau, tidak pernah memaksakan kehendaknya atau keinginannya,” tambah Boas.
Muhammad Yasin memberikan kebebasan kepada keluarga dan anak-anaknya untuk memilih dan menjalankan apapun yang diinginkan. “Termasuk karier. Kami semua diberikan kebebasan. Beliau slelau mendukung apa yang kami pilih dan lakukan,” papar Boas.
Yang terpenting, lanjut Boas, dalam hidup harus tetap sederhana, humble dan jangan pernah sekali-sekali korupsi. Karena korupsi itu tidka hanya merugikan diri sendiri, tetapi merugikan orang lain, termasuk keluarga.
Almarhum Komisaris Jenderal Polisi Muhammad Yasin, menerima anugerah sebagai Pahlawan Nasional dari pemerintah Republik Indonesia.
Dari catatan situs www.museum.polri.go.id, laki-laki kelahiran Sulawesi ini berprestasi cemerlang saat bertugas membentuk Brigade Mobil (Brimob) tahun 1946 atas perintah Kapolri Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodimodjo ketika itu.(tok/iss)