Babak paling akhir perundingan PBB mengenai perubahan iklim global berakhir pada Jumat (4/9/2015) di Bonn Jerman. Negara berkembang memandang perundingan itu berjalan lamban.
Para perunding menghadapi tekanan untuk terus mengupayakan dicapainya kesepakatan iklim global yang akan ditandatangani di Paris pada akhir tahun ini.
Selama perundingan yang dimulai pada Senin (31/8/2015), semua peserta dari hampir 200 negara dan wilayah menyusun rancangan dokumen mengenai kesepakatan Paris, yang dirancang oleh ketua bersama pembicaraan itu.
Mereka saling menyampaikan pandangan mengenai masalah penting termasuk pengurangan buangan karbon dan dukungan keuangan dari negara maju.
“Itu telah berlangsung dengan sangat produktif dengan keterlibatan nyata semua pihak,” kata Daniel Reifsnyder, salah seorang pemimpin bersama.
Christiana Figueres, Sekretaris Pelaksana Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC), juga menggambarkan perundingan tersebut sebagai “berada di arah proses”, demikian laporan Xinhua yang dikutip Antara di Jakarta, Sabtu (5/9/2015).
Ia mengatakan ada dasar bersama di kalangan semua negara bahwa “Paris adalah tujuan akhir bagi kesepakatan baru universal”.
Namun negara berkembang dan beberapa organisasi non-pemerintah mengatakan langkah itu bisa lebih cepat sementara saat akhir mendesak dan semua pihak mesti memulai perundingan tekstual bukan “pembahasan konseptual” seperti yang merelak lakukan dalam satu pekan belakangan.
Hanya tersisa satu pertemuan resmi buat para perunding sebelum mereka pergi ke Paris untuk mencapai kesepakatan baru mengenai iklim-yang akan menetapkan peraturan buat tindakan guna mencegah pemanasan global di atas dua derajat Celsius setelah 2020.
Rancangan kesepakatan saat ini memiliki tebal lebih dari 80 halaman, dan pada dasarnya adalah kumpulan sangat banyak pilihan dari berbagai negara.
Para perunding dijadwalkan merampingkan rancangan tersebut menjadi jauh lebih ramping selama pertemuan saat ini sehingga dokumen itu bisa dibaca oleh para menteri yang akan turun-tangan dalam perundingan di Paris pada akhir tahun ini.
“Pada saat ini, semua langkah tentu saja perlu dipercepat sehingga kami dapat mulai merundingkan teksnya,” kata Su Wei, Kepala Perunding Tiongkok.
Ia menambahkan “tak ada kemajuan nyata” yang terlihat pada hampir semua bagian penting sementara para pejabat masih menjelaskan posisi mereka mengenai “masalah konseptual”.
Perbedaan utama meliputi cara berbagi tanggung jawab pengurangan buangan di kalangan berbagai negara dan dukungan keuangan dari negara maju buat negara berkembang.
Saat penutupan pada Jumat, para pejabat sepakat untuk membiarkan ketua bersama merancang rancangan dokumen baru bagi kesepakatan Paris. Itu mencerminkan pandangan mereka dan posisi yang disampaikan selama pembahasan.(ant/iss/ipg)