Meluasnya konflik di Yaman berpotensi mengganggu aktivitas pengapalan empat juta barel minyak per hari yang melewati selat Bab al-Mandeb ke Eropa, Amerika Serikat dan Asia.
Harga minyak mentah melonjak enam persen pada Selasa setelah sejumlah negara teluk yang dipimpin Arab Saudi melancarkan serangan udara ke wilayah Yaman untuk membantu pemerintah setempat menghentikan gerakan gerilyawan Houthi yang didukung Iran.
“Jatuhnya Yaman sebagai entitas politik dan munculnya kekuatan baru Houthi akan membuat Iran punya pengaruh besar di dua sisi Bab al-Mandeb, Teluk Aden, dan Laut Merah. Saat ini sudah banyak kapal-kapal perang Iran yang berlayar di perairan tersebut,” kata pengamat J. Peter Pham dari Altantic Council, seperti dilansir Antara.
“Jika Iran secara de facto berhasil menguasai akses sejumlah pelabuhan di perairan itu dengan membantu Houthi, maka perimbangan kekuatan di sub-kawasan akan bergeser secara signifikan,” kata Pham yang juga merupakan konsultan untuk pemerintahan Amerika Serikat dan juga sejumlah negara Afrika.
Selama ini Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya secara rutin menggelar latihan perang laut di Teluk Aden. Kepala pasukan Amerika Serikat di wilayah yang sama pada Kamis mengatakan bahwa mereka tengah bekerja sama dengan sekutu untuk memastikan bahwa Bab el-Mandeb tetap terbuka.
Yaman mempunyai garis pantai sepanjang 1.900 km yang terbentang dari Teluk Aden sampai Laut Merah.
Pada tahun-tahun yang lalu, kelompok garis keras pernah mencoba menyerang kawasan strategis itu. Pada tahun 2000, sebuah bom bunuh diri dari anggota Al-Qaeda menewaskan 17 pelaut di kapal perang Amerika Serikat di Pelabuhan Aden. Dua tahun setelahnya, kelompok yang sama menyerang kapal Prancis di Teluk Aden.
Sementara itu negara-negara tetangga Yaman juga mulai merasa terancam dan mengirim armada. Sejumlah sumber mengaku telah menyaksikan sejumlah kapal perang Mesir menyeberangi Terusan Kanal menuju ke Teluk Aden.
Di sisi lain Iran yang membantah telah membantu pendanaan dan pelatihan militer kepada Houthi meminta agar semua “agresi” militer di Yaman segera dihentikan.
Sejumlah sumber dari perusahaan pengapalan dan asuransi mengatakan bahwa gangguan di Bab al-Mandeb akan berdampak pada melonjaknya biaya. Yaman sendiri telah menutup operasi di pelabuhan utama pada Kamis akibat pertempuran.
“Jika sebuah kapal diserang atau rusak, maka pasar akan segera bereaksi,” kata seorang sumber dari perusahaan asuransi pengapalan.
Lebih dari itu, penutupan terhadap Bab al-Mandeb yang secara harfiah berarti Gerbang Air Mata akan menghentikan aktivitas di Terusan Suez dan pipa SUMED yang menyuplai minyak ke Eropa selatan.
“Jika konflik meluas dan menyebabkan penutupan selat Bab al-Mandeb, maka kapal pengangkut minyak dari negara-negara Teluk tidak akan mampu mencapai Terusan Suez dan pipa SUMED. Mereka terpaksa harus memutar melewati Afrika Selatan dan pengiriman akan memakan waktu tambahan setidaknya 40 hari,” kata analis pengapalan minyak Natasha Boyden dari MLV & Co.
Oleh perusahaan-perusahaan pengapalan minyak, Yaman sudah dinilai lebih berbahaya dibanding Suriah dan Irak.
“Karena perkembangan situasi terakhir, Yaman berada dalam kategori di mana tidak ada orang yang mau membuka bisnis baru di sana. Kelompok swasta justru tengah mengevakuasi pekerjanya,” kata Smita Malik dari perusahaan penyedia asuransi pengapalan Clements Worldwide.
“Analoginya adalah, Anda tidak bisa mengasuransikan rumah Anda jika sudah terbakar,” kata dia seperti dikuti Reuters. (ant/dwi/rst)