Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sidoarjo berusaha mengajak masyarakat lebih peduli lingkungan melalui penyuluhan meski dananya pas-pasan.
Anggaran BLH Sidoarjo untuk penyuluhan dampak lingkungan hanya cukup untuk sekali kegiatan dalam setahun. Kegiatan itu pun maksimal hanya untuk 100 orang peserta.
Endang Budiarti, Kepala Bidang Penanggulangan Dampak Lingkungan BLH Sidoarjo mengatakan, penyuluhan tersebut menghadirkan narasumber untuk mengenalkan kepada masyarakat mengenai kegiatan komposter (pengomposan sampah organik) atau biopori (pengendapan sampah organik di dalam tanah).
Selain itu, tema lainnya adalah mengajak warga lebih kreatif mengolah sampah non-organik menjadi barang bernilai jual.
“Dananya memang terbatas. Jadi cuma setahun sekali. Pemanfaatannya ya untuk konsumsi, narasumber, dan transportasi,” katanya kepada suarasurabaya.net, Rabu (25/2/2015). Itu pun, kata Endang, kalau tidak mencukupi, biaya transportasi diambil dari kas BLH atau dari kantong pribadi.
Tujuan penyuluhan itu agar masyarakat turut melakukan penanganan dini terhadap sampah rumah tangga. Yaitu memisahkan antara sampah organik dengan non-organik.
“Yang organik bisa diolah menjadi kompos atau ditanam di tanah dengan sistem biopori, sedangkan yang non-organik seperti plastik bekas bungkus sachet bisa jadi barang bernilai jual seperti ini,” katanya sembari menunjukkan tas dari plastik kopi sachet kreasi warga Gelam, Candi.
Apabila sosialisasi itu memberikan hasil yang positif, dampaknya adalah pengurangan debit sampah. Karena yang tertinggal hanya sampah residu, atau ampas yang sudah tidak bisa didaur ulang. “Sampah ini yang tempatnya di TPA,” kata Endang.
Tapi apakah bisa hanya dengan penyuluhan terbatas yang adanya hanya satu tahun sekali. Endang mengatakan BLH seringkali nebeng saat ada kegiatan dari Pemkab Sidoarjo yang berkaitan dengan lingkungan.
Misalnya program penghargaan Adiwiyata, program Sidoarjo Bersih dan Hijau (SBH), atau program lainnya. Sedangkan program yang berkaitan langsung dengan kebersihan lingkungan adalah Program Kali Bersih (Prokasih) yang memantau sebelas sungai utama yang ada di Sidoarjo. (den/ipg)