Bukik Setiawan, pemerhati anak sekaligus penulis buku “Anak Bukan Kertas Kosong” mengatakan, pengabaian pada anak memiliki dampak yang sama dengan kekerasan pada anak.
“Dampaknya seperti kekerasan, tetapi tidak terlihat seperti kekerasan. Dengan diabaikan anak merasa dirinya tidak penting, tidak berarti dan tidak berdaya. Ia akan menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan menjadi pasif. Anak rusak dari dalam dirinya,” kata Bukik kepada Radio Suara Surabaya, Jumat (12/6/2015).
Menurut Bukik, bentuk pengabaian anak dapat berupa tidak disediakannya makanan ketika waktunya makan dan tidak terurusnya kebersihan diri anak. “Tanda pengabaian di antaranya, penampilan yang kotor, sering sakit dan ada luka yang tidak kunjung sembuh,” katanya.
Selain pengabaian, kata Bukik, penerapan reward and punishment yang sering diterapkan orang tua saat mendidik anak juga dapat menimbulkan efek negatif terhadap perkembangan anak.
“Sejak tahun 1930an, Ki Hajar Dewantara sudah menuliskan bahayanya logika reward and punishment. Anak melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah atau karena takut mendapat hukuman, sehingga anak tidak memiliki inisiatif,” kata Bukik.
Bukik menambahkan, orang tua seharusnya mengajarkan proses logika yang dapat membuat anak sepenuhnya sadar akan konsekuensi atas perilakunya.
“Anak harus paham manfaat makan, belajar dan membereskan mainannya. Anak harus diberitahu baik buruknya, bukan karena takut dihukum,” katanya.(iss/ipg)