Berlatih bela diri silat atau pencak silat, ternyata tak sekedar belajar ilmu bela diri. Lebih dari itu, mempelajari silat sama artinya dengan menjaga kelestarian budaya asli negeri ini. Budaya asli Nusantara.
“Karena memang demikian. Silat itu tersebar di hampir seluruh negeri ini. Silat itu menyangkut banyak hal, seperti olah rasa, dan olah jiwa sekaligus olah raga. Termasuk juga menjaga kelestarian budaya asli negeri ini,” terang Prof. Dr. Made Warga SH, M.Hum., akademisi.
Lebih jauh Made mengatakan bahwa sejatinya pencak silat atau silat itu warisan budaya asli negeri ini yang saat ini sudah tersebar di hampir seluruh negara di belahan bumi.
Jika masyarakat internasional saja mampu mencintai keberadaan seni bela diri asli Indonesia tersebut, apakah orang Indonesia sendiri akan meninggalkannya begitu saja? Tentu saja tidak.
“Oleh karena itu, silat atau pencak silat itu dipelajari bukan semata-mata untuk mendapatkan manfaat bagi tubuh semata. Tetapi lebih dari itu, sebenarnya kita juga ikut menjaga kelestariannya dengan terus berlatih silat tersebut,” tambah Made Warga.
Sementara itu disampaikan Drs. Supratomo M.Si, Ketua Ikatan Persaudaraan Silat Indonesia (IPSI) Jawa Timur, bahwa dalam perkembangannya saat ini, silat di Indonesia telah memiliki berbagai macam ragam bentuknya.
“Tetapi kami tetap berharap bahwa kerukunan dan kebersamaan seluruh elemen yang ada di dalam berbagai aliran pencak silat atau silat itu justru mengembangkan keberagaman. Karena pencak silat memang warisan tradisi asli negeri ini,” tegas Supratomo saat ditemui suarasurabaya.net.
Rabu (7/10/2015) bertempat di Auditorium Ki Moh. Said kampus Universitas dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya, digelar seminar pencak silat yang diikuti beberapa perwakilan dari Surabaya serta sejumlah kota lain di Jawa Timur.(tok/dwi)