Pemerintah segera melakukan revitaslisasi Kali Lamong untuk mencegah ancaman banjir yang tiap tahun selalu terjadi di perbatasan Gresik dan Surabaya.
“Saat banjir terjadi kemarin itu di Gresik dan Surabaya tidak hujan, tapi Kali Lamong over load sehingga banjir terjadi seperti kemarin,” kata Soekarwo, Gubernur Jawa Timur, Senin (9/2/2015).
Menurut Pakde Karwo, julukan Soekarwo, saat banjir terjadi beberapa waktu lalu, debit Kali Lamong mencapai 500 meter kubik perdetik. Padahal daya tampung Kali Lamong hanyalah 200 meter kubik perdetik.
“Artinya ada sekitar 300 meter kubik perdetik atau lebih dari separuh air yang ada di Kali Lamong meluber dan menggenangi kawasan yang ada di sepanjang aliran sungai,” kata dia.
Revitalisasi Kali Lamong sebenarnya sudah pernah diusulkan sejak tahun 2010. Sayangnya saat itu pemerintah pusat mengaku belum memiliki dana sehingga hingga kini revitalisasi tak kunjung bisa dilakukan.
Pemerintah Jawa Timur sendiri sebenarnya sempat menganggarkan dana hingga Rp27 miliar untuk revitaslisasi ini. Tapi, Kali Lamong yang merupaka anak Sungai Bengawan Solo merupakan salah satu sungai yang dikelola pemerintah pusat sehingga daerah memang tidak bisa berbuat banyak untuk melakukan revitalisasi.
“Tapi saat ini pemerintah pusat sudah ada dananya, revitalisasi bisa segera dilakukan dan tinggal menunggu kemauan pemerintah Kabupaten Gresik dan Surabaya segera membantu proses pembebasan lahan di sekitar bantaran Kali Lamong,” kata dia.
Sementara itu, data yang dirilis badan nasional penanggulangan bencana (BNPB) menyebutkan banjir yang terjadi pada hari jumat dan sabtu kemarin setidaknya membuat 1245 rumah di 29 desa di Kecamatan Benjeng, Cerme, dan Menganti, Kabupaten Gresik, kebanjiran.
Tak hanya Gresik, banjir juga menyebabkan ribuan rumah di kawasan Sumberejo, Surabaya juga kebanjiran. Bahkan, banjir juga mengakibatkan tiga warga tewas akibat terseret air. (fik/rst)