Pemerintah Jawa Timur pesimis para pengungsi Syiah Sampang bisa dikembalikan ke kampung halamanya lagi. Apalagi, berbagai upaya mediasi hingga saat ini juga selalu gagal.
“Kita tidak lagi fokus pada pengembalian mereka ke Sampang. Tapi bagaimana mereka saat ini bisa kembali hidup normal,” kata Hizbul Wathon, Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Jawa Timur, Senin (20/4/2015).
Berbagai program juga terus dilakukan sehingga sekitar 200an pengungsi yang kini bertahan di rumah susun, Jemundo, Sidoarjo segera mampu menjalani kehidupan mereka dengan normal.
Untuk mengurai kejenuhan bagi pengungsi, pemerintah Jawa Timur dalam waktu dekat akan mengajak rekreasi ke makam Walisongo. Rekreasi spiritual ini sengaja dilakukan karena selama tiga tahun berada di pengungsian, warga Syiah mengaku kurang piknik dan selalu terkungkung ketakutan.
“Kita sengaja ajak mereka ke makam Walisongo. Ini bukan masalah keyakinan, tapi murni agar mereka lebih rileks dan merasakan refresing. Sentuhan-sentuhan kemanusiaan seperti ini yang mereka butuhkan,” kata Hizbul.
Usai ziarah, para pengungsi rencannya juga akan diberikan bantuan permodalan dari berbagai dinas diantaranya dari Dinas Koperasi dan UMKM, Bapemas, Dinsos serta Disnaker. Harapannya, mereka juga bisa segera mandiri dari sisi ekonomi.
Untuk bertahan hidup, para pengunsi Syiah saat ini memang hanya mengandalkan bantuan jatah hidup dari pemerintah dan mendapatkan pekerjaan seadanya dari para pedagang pasar Jemundo.
Sekadar diketahui, hingga saat ini sebanyak 234 orang warga Syiah Sampang masih mengungsi di Rumah Susun Jemundo. Mereka mengungsi setelah terusir dari kempung halamannya karena perbedaan keyakinan. (fik/dwi)