Pemantauan dan evaluasi data warga miskin (gakin) di Surabaya sudah mulai terpantau secara online. Aplikasi pemantauan gakin secara online ini baru efektif tahun 2016.
Nama aplikasi itu adalah sistem informasi program layanan masyarakat (Simprolamas). Sekarang sudah berfungsi, namun penggunaannya masih dalam tahap uji coba.
Eko Haryanto Asisten IV Sekkota Surabaya Bidang Kesejahteraan Rakyat mengatakan, Simprolamas masih perlu penyempurnaan.
“Targetnya, per Januari 2016, Simprolamas sudah efektif berjalan sepenuhnya,” kata Eko usai membuka Forum Diskusi Peduli Anak dan Remaja Rentan di Gedung Siola, Kamis (12/11/2016).
Teknisnya, SKPD di lingkungan Pemkot Surabaya yang memiliki program intervensi masyarakat akan diwajibkan mengunggah seluruh laporannya ke Simprolamas.
Laporan-laporan tersebut, kata Eko, selanjutnya akan lebih mudah terpantau dan lebih mudah dievaluasi dengan cara online.
Pemkot mengklaim, selama ini telah mengintervensi masyarakat kurang mampu, miskin, dan terlantar melalui berbagai program.
Layanan kebutuhan dasar masyarakat miskin misalnya, mencakup pendidikan, kesehatan, dan pangan berupa raskin.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga mengaku telah mengintervensi pemberdayaan ekonomi melalui pelatihan keterampilan dan bursa kerja.
“Misalnya ayah bekerja, ibu di rumah, dan anak ke sekolah. Nah, si ibu ini mendapat pelatihan keterampilan supaya bisa membantu pendapatan keluarga,” katanya.
Program lainnya, perlindungan sosial berupa permakanan tambahan bagi lansia, anak yatim, dan anak penyandang difabel yang miskin dan terlantar.
Banyaknya program yang tersebar di sejumlah SKPD inilah, kata Eko, yang menjadi alasan pengembangan Simprolamas.
Simprolamas direncanakan mampu menghimpun data warga penerima program secara keseluruhan.
“Nantinya di sistem itu akan terlihat secara detail data penerima program intervensi dari Pemkot by name (berdasarkan nama, red)” katanya. (den/dop)