Pariwisata Indonesia selama 2015 kehilangan sekitar satu juta wisatawan mancanegara, menyusul bencana alam erupsi gunung berapi di sejumlah daerah tujuan wisata hingga musibah asap menyelimuti sebagian besar wilayah Sumatera dan Kalimantan.
“Bencana alam memang membawa kerugian terhadap pariwisata nasional. Kerugian langsung berupa pembatalan kunjungan wisman atau cancellation, dan juga hilang peluang atau lost oppoturnity dalam kedatangan wisman pada saat peak seasons,” kata Didien Junaedy Ketua Umum DPP Gabungan Industri Pariwisata Indonesia dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (25/12/2015) seperti dilansir Antara.
Menurut dia, kerugian tertinggi dampak dari bencana alam berupa erupsi Gunung Raung di Banyuwangi, Jawa Timur pada pertengahan Juli 2015.
Kondisi itu mengakibatkan tiga bandara internasional, yaitu Bandara Ngurah Rai Bali, Juanda Surabaya, dan Bandara Internasional Lombok NTB ditutup selama berapa hari.
Dampaknya sebanyak 36.878 wisman batal datang melalui Bandara Ngurah Rai Bali, dan 9.284 wisman batal datang melalui Juanda Surabaya.
Pembatalan kunjungan wisman dari dua pintu masuk utama itu menyebabkan kehilangan pendapatan devisa pariwisata hingga 50,7 juta dolar AS, dengan asumsi jumlah pengeluaran wisman sebesar 1.100 dolar AS per kunjungan.
“Lost opportunity” tertinggi terjadi di Bali karena bencana erupsi tersebut bertepatan saat peak seasons.
Bila pada hari biasa rata-rata jumlah wisman yang masuk ke Bali sebanyak 10 ribu wisman, sedangkan pada “peak seasons” (pada Juli 2015 saat terjadi erupsi Gunung Raung) naik hingga dua kali lipat,” katanya menambahkan.
Didien menjelaskan, bencana alam erupsi dan asap memang mempengaruhi kinerja pariwisata, terutama dalam pencapaian kunjungan wisman tahun ini yang ditargetkan sebesar 10 juta wisman.
Pada akhir tahun ini sudah mendekati target atau sudah di atas target moderat 9,5 juta wisman.
Bila kondisi normal atau tidak ada bencana diperkirakan meraih 10,5 juta hinga 11 juta wisman.
Selain erupsi gunung berapi, kata dia lagi, musibah asap yang menyelimuti di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan telah mengganggu pariwisata.
Banyak maskapai penerbangan nasional membatalkan penerbangannya.
Pembatalan penerbangan tersebut menyebabkan tingkat hunian kamar hotel di kota-kota besar, seperti Palembang, Pekanbaru, Medan, Batam, dan Potianak mengalami penurunan 20 hingga 30 persen.
Pada Agustus-September 2015, rata-rata tingkat hunian kamar hotel berbintang di Kota Palembang tercatat 45-52 persen, sedangkan di Kota Batam sekitar 45-48 persen.
Pada saat bencana asap, Batam mengalami lost opportunity cukup besar, karena bertepatan peak seasons.
Pada September biasanya kunjungan wisman dari Malaysia dan Singapura ke Batam mengalami lonjakan.
Berdasarkan data BPS, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada Oktober 2015 sebanyak 808.767 wisman, sedangkan secara kumulatif Januari hingga Oktober 2015 sebanyak 8.017.589 wisman atau tumbuh 3,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 7.755.616 wisman.
Diproyeksikan pada November–Desember bertepatan peak seasons kunjungan wisman ke Indonesia melalui Bali, Jakarta, dan Batam akan meningkat signifikan.
Dia menjelaskan, dengan asumsi pada November dan Desember 2015 masing-masing tercapai 1 juta wisman, maka pada akhir tahun ini target 10 juta wisman akan terlampaui.
Pertumbuhan pariwisata Indonesia sebesar 3,38 persen tersebut tercatat masih lebih baik dibandingkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang lain, sebagian mengalami pertumbuhan negatif.
Situasi ekonomi global yang tidak menentu mempengaruhi industri pariwisata di berbagai belahan dunia, termasuk di kawasan Asia Tenggara, katanya pula.
Seperti pariwisata Malaysia pada Januari-Oktober 2015 tumbuh negatif minus 9,4 persen, begitupula pariwisata Singapura pada Januari–September 2015 tumbuh negatif 0,3 persen.
Sementara, pariwisata Vietnam pada Januari-Oktober 2015 juga tumbuh negatif 4,1 persen, sedangkan pariwisata Thailand pada Januari hingga Oktober 2015 mengalami pertumbuhan tertinggi di ASEAN mencapai 24,7 persen.
Sebelumnya pada semester pertama pariwisata Thailand sempat tumbuh negatif, namun situasi tersebut berubah pada tiga bulan kemudian yang tumbuh positif dua digit.
Pertumbuhan pariwisata Thailand antara lain karena dipicu oleh kenaikan kunjungan wisman dari Timur Tengah dan Tiongkok/China. (ant/dwi/ipg)