Nahdlatul Ulama (NU) akan menurunkan tim rukyat untuk mengamati secara langsung munculnya hilal atau bulan sabit muda sebagai penentu pergantian bulan guna menetapkan Idul Fitri 2015 di sejumlah daerah di Indonesia pada 16 Juli atau tanggal 29 Ramadan.
“Apabila hilal dapat dilihat, maka PBNU akan mengikhbarkan (memberitahukan) awal Syawal (Idul Fitri) bertepatan dengan tanggal 17 Juli 2015,” kata PBNU KH A Ghazalie Masroeri Ketua Lajnah Falakiyah di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (2/7/2015) seperti dilansir dari Antara.
Akan tetapi, apabila hilal tidak terlihat, maka PBNU akan mengistikmalkan atau menyempurnakan puasa ramadan menjadi 30 hari, sehingga Idul Fitri jatuh pada 18 Juli.
Berdasarkan data hisab atau perhitungan secara matematis dan astronomis Lajnah Falakiyah PBNU, posisi hilal pada tanggal 29 Ramadan atau 16 Juli berada pada ketinggian 3 derajat 1 menit 58,9 detik dengan jarak busur 5 derajat 43 menit 58 detik. Sedangkan umur hilal saat itu 9 jam 26 menit 47,5 detik.
“NU berpendapat bahwa hitungan hisab bersifat prediktif. Kesahihannya harus diuji dengan observasi hilal di lapangan,” kata Kiai Ghazalie.
Ia mengatakan sikap NU itu didasarkan pada ajaran Rasulullah SAW sekaligus sebagai bentuk komitmen untuk melaksanakan kesepakatan Ijtimak Ulama Komisi Fatwa MUI dan Ormas Islam se-Indonesia tahun 2003, yaitu penentuan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah didasarkan pada metode rukyat dan hisab.
Kiai Ghazalie mengakui bahwa masih ada perbedaan di antara Ormas Islam di dalam menentukan awal bulan Hijriyah karena perbedaan metode yang digunakan serta kriteria imkanur rukyat atau batas visibilitas hilal.
Musyawarah Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) menyepakati imkanur rukyat adalah pada saat matahari terbenam ketinggian hilal di atas ufuk minimal 2 derajat dengan jarak lengkung bulan-matahari minimal 3 derajat dan usia bulan minimal 8 jam dihitung sejak ijtima (konjungsi).
Sementara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menilai secara ilmiah hilal baru bisa dilihat di atas ketinggian 5 derajat di atas ufuk.
Ormas Islam yang menggunakan metode hisab murni, seperti Muhammadiyah dan Persis, pun menetapkan standar berbeda terkait awal bulan karena Muhammadiyah menggunakan kriteria “wujudul hilal”, sedangkan Persis menggunakan imkanur rukyat.
Sebelumnya Muhammadiyah telah mengumumkan bahwa 1 Syawal 1436 H atau Idul Fitri 2015 jatuh pada hari Jumat, 17 Juli 2015. (ant/wak/rst)