PT PLN (Persero) Distribusi Bali memprediksikan penggunaan energi listrik pada saat umat Hindu melaksanakan tapa beratha penyepian menyambut tahun baru saka 1937 akan berkurang sampai 50 persen.
“Pemakaian listrik di Bali kini beban puncaknya mencapai 850 MW sehingga pemakaian pada hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1937 diperkirakan 425 MW,” kata Wayan Redika Kepala Humas PT PLN (Persero) Distribusi Bali di Denpasar, Jumat (20/3/2015) seperti dilansir Antara.
Ia mengatakan, meskipun pemakaian listrik di Bali berkurang separuhnya, namun pembangkit listrik tetap beroperasi dengan baik.
“Nanti kita lihat apakah perlu ada pemadaman atau tidak, jika pemakaiannya kecil tentu sejumlah pembangkit akan diistirahatkan,” ujar Wayan Redika.
Sedangkan pemakaian listrik saat Hari Suci Nyepi tahun lalu hanya tercatat 390 MW dari beban puncak pada saat itu 781 MW.
Umat Hindu melaksanakan tapa beratha penyepian pada hari Sabtu, 21 Maret 2015 yang meliputi tidak bekerja atau melakukan kegiatan (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan) serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang-senang atau hura-hura (amati lelanguan).
Redika menjelaskan, pihaknya hingga kini memiliki sebanyak 1.090.000 konsumen yang terdiri atas 70 persen perusahaan, termasuk kalangan hotel, bandara Ngurah Rai dan 30 persen perorangan.
“Konsumen perorangan itulah yang tidak menggunakan energi listrik selama sehari penuh, sementara konsumen perusahaan khususnya hotel dan bandara Ngurah Rai tetap memerlukannya untuk operasional dan pelayanan,” ujar Redika.
Menyangkut penggunaan energi listrik terjadi peningkatan beban puncak dari 781 MW pada tahun 2014 kini menjadi 850 MW.
Daerah tujuan wisata Pulau Bali kini memiliki energi listrik yang memadai, meskipun permintaan dari kalangan pelanggan rumah tangga, hotel dan perusahaan besar mengalami pertumbuhan cukup tinggi.
Cadangan listrik mencukupi kebutuhan masyarakat Bali, bahkan jika ada investor baru memerlukan energi listrik segera dipenuhi, karena pasokan listrik dari Jawa yang disalurkan melalui kabel laut ke gardu induk Gilimanuk masih cukup besar.
Pulau Bali memiliki kapasitas cadangan listrik 900 MW, sedangkan pemakaian puncak tertinggi 850 MW dengan asumsi meningkat 10 persen dibanding tahun sebelumnya.
Angka sisa tersebut, bahkan masih lebih besar dibandingkan kapasitas pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Gilimanuk sebesar 130 MW.
Selain PLTG Gilimanuk di Pulau Bali juga memiliki PLTG Pemaron dan Pesanggaran, bahkan di beberapa tempat seperti Buleleng dan tiga Nusa (Nusa Penida, Lemongan dan Ceningan) yang terpisah dengan daratan Bali listriknya juga dilayani PLN Distribusi Bali kini juga sedang dan akan dibangun beberapa pembangkit listrik ramah lingkungan.
Seperti di Buleleng yakni Sambangan dan Seririt akan dibangun PLTN Micro hydro masing masing berkapasitas satu MW, sementara di tiga Nusa yang masuk wilayah Kabupaten Klungkung sedang diupayakan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) dengan kapasitas masing-masing satu MW yang diusahakan pihak pemerintah daerah setempat.
Bahkan kini juga sedang dibangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Celukan Bawang (Bali utara) oleh pihak swasta dengan bahan bakar batubara yang terdiri dari tiga blok dengan kapasitas masing-masing blok 130 MW. Pengunaan batubara akan mengurangi konsumsi BBM di beberapa PLTG di Bali. (ant/dwi/rst)