Internet Broadband gagal mencapai miliaran orang yang tinggal di negara-negara berkembang, termasuk 90 persen dari mereka yang tinggal di negara-negara termiskin, demikian sebuah laporan baru dari PBB.
Lima puluh tujuh persen orang di dunia tetap offline (tidak terhubung dengan internet) serta tidak dapat mengambil keuntungan dari manfaat ekonomi dan sosial yang sangat besar yang dapat ditawarkan internet, demikian laporan kondisi Broadband yang dikeluarkan oleh Komisi Broadband PBB.
Laporan, yang datang menjelang pertemuan tingkat tinggi di Markas Besar PBB di New York minggu ini di mana para pemimpin dunia akan mengadopsi Agenda 2030 yang berisi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) baru, menekankan bahwa akses ke teknologi informasi dan komunikasi (ICT/TIK), khususnya internet broadband, memiliki potensi untuk membantu sebagai akselerator utama pembangunan.
Pentingnya konektivitas ICT secara khusus diakui dalam SDGs, sebanyak 17 tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan diharapkan akan diadopsi oleh para pemimpin dunia pada pertemuan di New York pada Jumat (18/9/2015).
“Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB mengingatkan kita bahwa kita perlu untuk mengukur perkembangan global dengan jumlah orang yang tertinggal di belakang,” kata Houlin Zhao, Sekretaris Jenderal Uni Telekomunikasi Internasional (ITU), yang menjabat sebagai wakil ketua bersama komisi dengan Irina Bokova, Direktur Jenderal Badan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO).
“Agenda 2030 mengakui kekuatan teknologi baru untuk mempercepat kemajuan manusia, menjembatani kesenjangan digital, mengembangkan pengetahuan masyarakat kita harus melakukan segalanya untuk mendukung negara-negara dalam mencapai tujuan-tujuan ini, terutama negara berkembang,” Bokova mencatat.
“Ini panggilan untuk upaya-upaya lebih kuat oleh pemerintah dan seluruh pelaku, dalam memastikan akses, menggunakan dan keterjangkauan itu memerlukan juga pekerjaan yang lebih besar untuk membangun kapasitas semua perempuan dan laki-laki untuk memanfaatkan secara maksimal semua peluang baru,” katanya.
Menurut laporan itu, internet saat ini hanya dapat diakses oleh 35 persen orang di negara-negara berkembang.
Situasi di 48 negara yang ditetap PBB sebagai Least Developed Countries-LDCs (negara-negara berkembang paling terbelakang) sangat kritis, dengan lebih dari 90 persen orang tanpa sedikitpun terhubung dengan internet.
Angka tahun ini menunjukkan bahwa 10 negara utama untuk penetrasi internet rumah tangga semua terletak di Asia atau Timur Tengah.
Republik Korea terus memiliki penetrasi broadband rumah tangga tertinggi di dunia, dengan 98,5 persen rumah terhubung, diikuti oleh Qatar 98 persen dan Arab Saudi (94 persen).
Tingkat terendah akses internet sebagian besar ditemukan di sub-Sahara Afrika, dengan internet tersedia untuk kurang dari dua persen dari populasi di Guinea, Somalia, Burundi dan Eritrea, kata laporan itu. (ant/dwi)