Joko Widodo (Jokowi) Presiden harus bekerja keras untuk mencegah agar gesekan bernuansa SARA di Tolikara, Papua, tidak merembet ke daerah lain.
Langkah yang diambil presiden, antara lain mengadakan pertemuan dengan tokoh lintas agama di Istana negara, Kamis (23/7/2015) malam.
Pertemuan ini juga dihadiri Jusuf Kalla (JK) Wakil Presiden, Lukman Hakim Saifudin Menteri Agama, Tedjo Edhi Purdijatno Menkopolhukam, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo Palima TNI dan Jenderal Polisi Badrodin Haiti Kapolri.
Dalam pidatonya, Presiden menegaskan, persoalan SARA sering kali digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk merusak toleransi antar umat beragama.
Bangsa ini akan menjadi besar dan kuat, kalau bisa melewati gesekan gesekan bernuansa SARA yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
“Gesekan umumnya terjadi karena kurangnya komunikasi yang baik diantara kita,” kata Jokowi di Istana Negara.
Tragedi Tolikara yang terjadi saat umat Islam melaksanakan sholat idul fitri harus menjadi pelajaran bagi semua pihak, agar toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang menjadi penguat NKRI, tetap terjaga.
Jendral Polisi Badrodin Haiti Kapolri mengatakan, untuk sementara ini polri telah menetapkan dua orang tersangka, dan memeriksa 32 orang saksi dalam tragedi Tolikara.
Makruf Amin, Ketua MUI mengatakan yang terjadi di Tolikara merupakan tragedi kemanusiaan. Jangan memberi ruang kepada siapapun untuk menjadikan tragedi ini sebagai panggung politik dan pencitraan.
“Semua pihak harus mendukung upaya perdamaian yang dilakukan oleh dua kubu yang bermusuhan di Tolikara,” ujarnya. (jos/wak)