Rudiantara Menteri Komunikasi dan Informatika mengimbau kepada netizen (warga pengguna media sosial) agar tidak membuat pernyataan atau memberikan informasi melalui media sosial yang memperkeruh situasi pasca insiden di Tolikara, Papua.
“Kita imbau, paling-paling kita ajak temen-temen jangan asal forward berita-berita, cek dululah sekali lagi, itu aja. Kalau ga tahu seperti apa, jangan memperkeruhlah,” katanya di Jakarta, Rabu (22/7/2015), seperti dilansir Antara.
Menteri mengakui, di zaman teknologi informasi saat ini, media sosial terus berkembang. Media sosial juga memberikan informasi-informasi secara bebas dan tak terkendali, yang sayangnya seringkali tingkat akurasinya rendah.
“Kalau kita bicara media, ya media elektronik, media cetak, media online, media sosial. Semakin ke sini, tingkat keakurasiannya semakin rendah. Kembali karena media sosial ini boleh dikatakan less controllabel,” katanya.
Terkait dengan penyaringan media-media sosial maupun situs online yang dinilai bisa memperkeruh suasana, Menteri Rudiantara menyerahkan kepada panel yang telah dibentuk Kementerian Kominfo.
“Kalau masalah filtering ada aturannya, kita kan ada panel dan memenuhi kriteria tertentu kan,” katanya.
Seperti diberitakan, terjadi penyerangan oleh sejumlah massa saat Sholat Ied yang digelar umat Islam di Karubaga, ibu kota Kabupaten Tolikara, Papua, pada Jumat pagi, 17 Juli 2015. Insiden tersebut merembet hingga terjadi pembakaran sejumlah kios dan terbakarnya sebuah masjid.(ant/iss/tok)