Kemudahan mengakses media sosial di era teknologi seperti sekarang ini, menyebabkan tingginya angka depresi di Indonesia, kata Meutia Ananda Psikolog UIN Sunan Ampel Surabaya.
Menurut Meutia, kurangnya sosialisasi secara langsung dan kebiasaan memposting perasaan di media sosial dapat memicu seseorang semakin depresi.
“Kalau mereka ada perasaan sebel saja sama temannya, lalu diposting. Ketika dikomen oleh orang lain yang tidak suka dengan postingannya, dia berkonflik dengan dirinya sendiri,” katanya kepada Radio Suara Surabaya, Rabu (4/11/2015).
Meutia mengatakan, tidak mungkin ada orang yang tidak memiliki masalah. Tergantung bagaimana cara mengatasi masalah, merespon konflik yang ada dan konflik dengan dirinya sendiri.
Untuk itu, ketika seseorang memutuskan untuk curhat, harus memilih media yang solutif.
“Pilihlah orang-orang yang bisa mendengarkan. Bukan hanya mendengar, harus ada empati. Bukan hanya sepintas tahu, tapi harus memberikan dampak positif,” katanya.(iss/ipg)