Selain perayaan tahun baru, Imlek juga lekat dengan beberapa legenda yang telah dikisahkan turun-temurun. Salah satunya mengenai
Dikisahkan, Nian tinggal di dasar laut dan tidur selama 365 hari. Puas dengan tidur panjangnya, setiap pergantian tahun, Nian akan bangun lalu menuju daratan untuk menerkam manusia. Hari datangnya Nian dipercaya sebagai hari yang paling sulit dan berat bagi masyarakat Tionghoa kuno.
Untuk itu, setiap keluarga menempelkan kain-kain merah di ambang pintu dan mewajibkan anggota keluarganya mengenakan baju merah. Kabarnya, Nian lari ketakutan setelah bertemu seorang bocah yang kebetulan mengenakan pakaian berwarna merah.
Keluarga berkumpul di malam sebelum Nian datang untuk berdoa kepada para leluhur untuk meminta perlindungan dan keselamatan, makan malam bersama dan berbincang santai di dalam rumah.
Aktivitas lain adalah membakar petasan bambu untuk menghasilkan suara-suara bising. Dikisahkan Nian yang takut dengan suara petasan tersebut, lari sambil menahan sakit di telinganya. Karena itu hingga kini diyakinai, suara bising dari petasan mampu meloloskan mereka dari kesusahan besar.
Seiring berjalannya waktu, legenda ini bertansformasi menjadi petasan dan kemeriahan atraksi barongsai dalam perayaan tahun baru.
“Meski ada perubahan bentuk pelaksanaan, tapi esensinya tidak hilang. Tetap untuk menghasilkan suasana meriah, yang dipercaya bisa mengusir hal-hal negatif yang mungkin muncul di tahun baru,” kata Novyca Latif, seorang guru bahasa Tionghoa kepada suarasurabaya.net, Selasa (17/5/2015). (ica/iss)