Rabu, 27 November 2024

Laskar Aswaja Siapkan Braja untuk Hadapi ISIS

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Kegiatan Diklatsus Braja I DPP Laskar Aswaja se-DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Foto: Laskar Aswaja

Tindakan radikalisme yang bersembunyi di balik jubah agama kian marak terjadi, baik pada skala global maupun nasional. Aksi kekerasan tidak harus dilawan dengan kekerasan dalam bentuk balas dendam. Balas dendam hanya menyisakan permusuhan yang berkepanjangan.

DPP Laskar Aswaja menentang aksi teror mengatasnamakan agama, tetapi juga menolak aksi balas dendam dalam bentuk kekerasan. Tindakan radikalisme dapat dicegah dengan cara persuasif dan preventif. Tindakan persuasif dapat dilakukan dalam bentuk dialog dan tindakan preventif dapat berupa edukasi dan sosialisasi secara sistematis dan masif.

Hal tersebut terungkap dalam kegiatan Diklatsus Braja I DPP Laskar Aswaja se-DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat bertempat di Ponpes Sunan Kalijaga, Cisoka, Kabupaten Tangerang, Banten.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 27-29 November 2015 dan diikuti oleh ratusan peserta tersebut bertujuan membentuk Brigade Ahlussunnah Wal Jamaah (Braja). Braja akan membawa misi Laskar Aswaja untuk mengawal dan menjaga nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah yang esensinya adalah Islam Rahmatan Lil Alamin.

“Untuk melawan aksi teror dalam bentuk tindakan kekerasan dan intimidasi tidak harus dengan kekerasan, tetapi bisa dengan edukasi dan sosialisasi. Brigade Aswaja akan melakukan gerakan Islam Rahmatan Lil Alamin ke berbagai Ponpes, Majlis Taklim dan lembaga pendidikan lainnya,” ujar Iman Ainul Hasan Ketua Panitia dalam keterangan tertulisnya, Minggu (29/11/2015)

Sementara Adhi “Thobingk” Permana Ketua Umum DPP Laskar Aswaja menilai, aksi-aksi teror yang dilancarkan kelompok radikali ISIS (Islamic state of Iraq and Syria) dan kelompok-kelompok lainnya yang mengatasnamakan agama, sebenarnya bukan atas dasar norma agama, tetapi pemahaman atas ajaran agama yang salah. Pemahaman dan pemikiran yang salah ini yang harus diluruskan.

“Pemerintah melalui Kementerian Agama harus serius melakukan pendekatan dialogis dan memberikan porsi yang lebih pada program-program edukasi bekerjasama dengan pondok pesantren, majelis taklim dan ormas-ormas keagamaan. Gerakan edukasi ini akan menangkal penyebaran idiologi ISIS dan radikalisme lainnya,” tutup Adhi. (faz/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Rabu, 27 November 2024
32o
Kurs