Kemarau panjang diperkirakan akan berlangsung tahun ini. Kekeringan bakal terjadi, dan dampaknya akan mengeringkan sejumlah aliran sungai. Untuk itu, perilaku destruktif masyarakat harus dihindari dan dicegah agar kekeringan tidak berdampak kerusakan fatal.
Paling tidak, aliran sungai masih dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak sampai merusak habitat yang ada didalamya. Ini penting diingatkan pada masyarakat.
“Pemerintah kota maupun Provinsi memang sebaiknya melakukan himbauan-himbauan kepada masyarakat agar tidak merusak alam dan lingkungannya. Jika tidak perilaku destruktif berdalih kebutuhan hidup akan dilakukan masyarakat,” kata Prigi Arisandi Direktur Eksekutif Ecoton.
Padahal seharusnya jauh-jauh hari, kata Prigi pemerintah dapat menggelar kegiatan bersama masyarakat dalam konteks penghijauan, atau penanaman kembali hutan-hutan sebagai antisipasi kemarau panjang yang mungkin terjadi.
“Menjaga lingkungan, termasuk keberadaan sungai memang semata-mata bukan tugas pemerintah saja. Masyarakat perlu dilibatkan. Tetapi pemerintah jangan buru-buru curiga ketika masyarakat punya cara-cara sendiri menjaga lingkungannya,” tegas Prigi.
Terkait persoalan alam dan lingkungan dalam konteks mengantispasi dampak kemarau dan kekeringan juga ditekankan Wawan Some menjadi concern masyarakat juga.
“Dan pemerintah sebaiknya memang memberikan ruang atau tempat bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka membangun jaringan guna menjaga kelesetarian lingkungannya. Masyarakat sebaiknya disertakan juga,” ujar Wawan Some.
Dengan melibatkan masyarakat maka dapat dipastikan perilaku-perilaku destruktif seperti membabat hutan dan pepohonan di gunung dapat terhindarkan. “Masyarakat harus dilibatkan ikut menjaga lingkungan. Dan jangan dibiarkan sendiri,” tegas Wawan Some aktivis Nol Sampah pada suarasurabaya.net, Kamis (27/8/2015).(tok/rst)