Dinar dan Putri adalah teman sekolah kelas 1 SD di SDN Bulak Banteng I, Surabaya. Mereka berdua berteman dekat. Putri seringkali main ke rumah Dinar, demikian juga sebaliknya.
Nuriah, 36 bibi Dinar yang tinggal di Bulak Banteng Suropati Gang 5B Nomor 79, Surabaya, mengatakan, postur tubuh Putri dan Dinar hingga tata rambut mereka hampir mirip. “Saya sampai kebingungan saat melihat jenazahnya putri. Saya sempat kaget karena mereka sangat mirip,” ujar perempuan yang sehari-harinya bekerja sebagai pedagang di daerah tidak jauh dari rumah putri, Rabu (13/5/2015) sore.
Usai kejadian tersebut, Nuriah sempat mendapat telepon dari kakak kandung Dinar bahwa terjadi ledakan gas di rumah putri. Nuriah sempat panik lalu segera mengecek ke rumah putri yang tidak jauh dari tokonya.
“Saya sampai sana sudah rame. Saya sempat mencari-cari Dinar di mana, lalu ada yang memberi tahu masih ada anak yang tertimpa tembok rumah. Saya sempat syok melihat tubuh itu, saya kira itu Dinar,” katanya kepada suarasurabaya.net.
Nuriah mengatakan, setiap hari Dinar memang berangkat sekolah naik sepeda. Biasanya, Dinar berangkat pagi-pagi untuk mampir dulu ke rumah Putri. “Dari rumah putri biasanya mereka berangkat bersama ke sekolah karena jarak ke sekolah dari rumahnya Putri tidak terlalu jauh,” ujarnya.
Pagi itu, Dinar berangkat pagi dengan berseragam sekolah seperti biasanya. Itu sekitar pukul 07.00 WIB. Nuriah tidak menyangka mendapat kabar mengejutkan itu. Dinar yang mengalami luka bakar dan sempat lari keluar rumah sambil berteriak kepanasan juga sempat memberikan keterangan kepada pihak kepolisian. Dinar sempat bilang, “Di sana ada temanku, Putri, kejatuhan tembok,” kata Nuriah menirukan penuturan Dinar.
Ibu Dinar, Nur Hayati (43 tahun) ketika mendengar kabar naas itu langsung pingsan. “Akhir-akhir ini ibunya memang sakit-sakitan. Sering panas tinggi dan menggigil, mungkin karena kelelahan. Mendengar kabar ini, malah sering pingsan,” kata Nuriah. Nur Hayati dan keluarganya, termasuk Dinar, tinggal di sebelah rumah Nuriah, di gang yang sama nomor 81.
Bahkan, ketika ada keluarga yang datang menanyakan surat-surat BPJS untuk perawatan Dinar di rumah sakit, Nur Hayati kembali pingsan.
Dinar adalah putri terakhir dari tiga bersaudara anak-anak pasangan Nur Hayati dan Arif Al-Ayubi (50 tahun). Sempat dibawa ke rumah sakit Karang Tembok, Dinar kemudian dirujuk ke RSU Dr Soetomo. Gadis kecil itu mengalami luka bakar serius 35 persen tubuhnya. Meski harus segera ditangani, Nuriah mengatakan Dinar sudah sadar dan masih menunggu dioperasi. (den/rst)