Saat ini perdamaian dunia tengah terusik dengan ulah kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dengan berbagai aksi biadab dan propaganda radikal terorisme.
Ironisnya aksi-aksi itu selalu mengatasnamakan agama Islam. Namun saat ini stigma-stigma negatif itu sudah mulai berkurang setelah mereka mengetahui Islam di Indonesia.
“Tanpa embel-embel negara Islam, banyak yang kagum dengan Pancasila. Kita perlu belajar dari Piagam Hudaibiyah dan Piagam Jakarta. Ternyata Islam yang damai ya Islam yang diajarkan founding father kita, Soekarno dan Hatta,” ujar Profesor Nasarudin Umar Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah (18/12/2015).
Dia mengatakan, beberapa waktu lalu ia diundang dalam World Summit di Gedung Putih dan mendapat kesempatan berbicara setelah Presiden Obama. Saat itu, terungkap fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak, tapi justru pengikut ISIS-nya paling sedikit.
“Itu tidak lepas dari keberadaan BNPT dan FKPT yang tidak pernah lelah menjalankan program pencegahan terorisme. Insya Allah kita tidak akan pernah rugi membicarakan dan berbuat hal yang sangat mulia ini. Bahkan karena fakta itu, banyak negara-negara Islam datang untuk belajar bagaimana hidup damai seperti di Indonesia,” imbuh mantan Wakil Menteri Agama Republik Indonesia ini.
Tidak hanya itu, saat ia mengikuti acara di Liberia, Afrika, ia mendengar khutbah dengan menggunakan bahasa Inggris. Dalam khutbah itu, khotib mengatakan bangga memiliki saudara seperti Indonesia yang sudah bisa mengekspor pesawat dan bisa hidup berdampingan dengan berbagai suku bangsa dan agama.
“Fakta inilah yang seharusnya membuat bangsa Indonesia bangga. Saat orang-orang luar negeri melihat Indonesia, mereka pasti menjadi tahu apa sebenarnya Islam Indonesia itu. Intinya Indonesia tidak identik dengan terorisme karena Islam Indonesia adalah Islam Rahmatan Lil Alamin,” ujar Nasarudin.
Mengutip kitab suci Al Quran surat Al Baqarah ayat 30, Prof Nasar mengatakan bahwa pertumpahan darah itu tidak akan berakhir selama manusia itu ada. Dengan demikian, sudah menjadi tugas bangsa Indonesia untuk bisa mengeliminir kemungkinan terjadinya pertumpahan darah. Caranya adalah mengaktifkan fungsi di BNPT.
Menurut Nasarudin, sudah menjadi kewajiban seluruh rakyat Indonesia untuk bersama membantu dan mendukung BNPT dalam menjalankan program penanggulangan terorisme di negeri kita ini. Pasanyal, tugas ini sangat mulia dalam menciptakan perdamaian dan ketentraman di Bumi Nusantara. Kendati demikian, aksi kekerasan atau terorisme itu tidak bisa dihilangkan 100 persen dari muka bumi ini karena dan akan ada selama manusia itu masih ada.
“Sejak manusia ada sampai sekarang dan akan datang, aksi kekerasan dan terorisme itu akan tetap ada. Mustahil manusia bisa kompak bersatu seperti yang diimajinasikan. Kini tugas kita adalah melatih hidup ditengah perbedaan, bukan menyatukan perbedaan itu demi untuk menciptakan perdamaian untuk meminimalisir aksi kekerasan atau pun terorisme,” kata Nasarudin Umar.(faz/dwi/rst)