Tiga dari sepuluh nominator menerima Bung Tomo Award (BTA) 2015. Mereka adalah orang-orang yang telah bekerja di profesi yang digeluti selama lebih dari 30 tahun.
Muhammad Kalend Osen, perintis Kampung Inggris di Pare, Kediri, adalah salah satu penerima penghargaan BTA 2015.
Sukowidodo, tokoh Surabaya yang menjadi salah satu tim penilai BTA 2015 mengatakan, pria ini telah bekerja puluhan tahun merintis Kampung Inggris tanpa berkeinginan untuk mematenkannya.
“Kenapa bapak tidak mempatenkannya?” Tanya Sukowidodo kepada Kalend. “Supaya mereka yang belajar di sana terus berkembang,” ujarnya.
Selain Kalend, Murgiati adalah penerima penghargaan Bung Tomo untuk kategori lifetime achievement award karena dedikasinya di bidang ludruk.
Murgiati mengaku mengawali karirnya sebagai pemain ludruk sejak tahun 1974. “Sejak lulus SD saya sudah main ludruk,” katanya.
Sementara, Niniek K Rahajeng adalah penerima penghargaan untuk kategori sama karena dedikasinya di bidang atletik.
Sejak mengawali karirnya, hingga dia menerima penghargaan ini, Niniek telah mencatatkan namanya pada 280 penghargaan di bidang atletik.
“Tadinya lari cepat 100-200 meter. Tapi seiring bertambahnya umur, saya menambah bidang atletik lempar cakram, lempar lembing, dan tolak peluru,” katanya.
Tiga orang yang dianugerahi penghargaan Bung Tomo kelima pada 2015 ini dipilih oleh tiga orang tim penilai yang kompeten di bidangnya.
Antara lain, Suko Widodo, Aman Sughandi, dan Ignatia Martha. Ketiganya mengaku sempat kesulitan menentukan penerima penghargaan hingga akhirnya memutuskan tiga orang di atas. (den/dop)