Berbagai macam ide kretif muncul di program Start Surabaya. Program yang bertujuan untuk mengembangkan industri kreatif di Surabaya, khusunya di bidang teknologi ini, memacu anak-anak muda di Surabaya untuk memunculkan ide-ide kretifnya.
Devi Mawarni Mahasiswi Universitas Ciputra Jurusan Sistem Informasi misalnya.Dia bergabung dengan start Surabaya karena ingin mengembangan sebuah aplikasi garapannya. MurMur, sebuah aplikasi yang diluncurkan untuk tempat mencurahkan perasaan atau curhat ini telah dipikirnya sejak lama. Dan akan dikembangkan kedepannya.
Devi mengatakan, dengan berkolaborasi bersama Sarah Djuber Mahasiswi UBAYA jurusan Design Management Produk, diharapkan aplikasi jejaring sosial dengan lebih menonjolkan suara, dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Aplikasinya MurMur, aplikasi sharing seperti jejaring sosial, dengan mengutamakan suara, dan sifatnya anonimous atau akun member dirahasiakan,” kata Devi kepada suarasurabaya.net, Rabu (14/1/2015).
Dia menjelaskan, yang mendasari dirinya untuk mengembangkan aplikasi yaitu keinginnya memberikan fasilitas curhat kepada siapapun, terutama dengan fasilitas media sosial dengan menonjolkan suara.
“Awalnya ide ini muncul saat melihat kondisi Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang ada di luar negeri. Mereka mengalami masalah dan bingung untuk mencari tempat curhat karena jauh dari keluarga, jauh dari sahabat, dan muncullah aplikasi ini,” ujarnya.
Dan kenapa memilih suara, Devi mengatakan, karena suara bersifat lebih dekat, seperti ngobrol secara langsung dengan orang. Dan aplikasi ini ingin mengedepankan orang merasa lebih dekat, serta aplikasi yang sifatnya Anonimous.
“Jadi yang sharing ini tidak mengetahui suara siapa, dari sudut pandang mana, dari golongan apa, tingkat ekonomi yang seperti apa. Intinya kita bisa curhat tanpa harus melihat latar belakang siapapun,” kata dia.
Aplikasi yang sudah dipikirkan dan sudah terbentuk sebelum masuk menjadi peserta Start Surabaya, diakuinya progres kedepan lebih baik, dan tertata saat mulai berkolaborasi di Start Surabaya.
“Kalau dikelola sendiri itu bebannya kesaya semua, tapi kalau ada tim seperti ini, ada bagiannya masing-masing, jadi lebih mudah. Ada yang design, ada yang koding, jadi gak sendirian,” ujarnya. (wak)