Rencana Pemkot Surabaya menutup Taman Remaja (TRS) Surabaya, serta mengintegrasikannya dengan Taman Hiburan Rakyat (THR) menjadi Kampung Seni terintegrasi tidak hanya berdasarkan keuntungan material saja.
AA Gde Dwija Wardhana Kepala Bidang Fisik Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya mengatakan, rencana pengintegrasian TRS dengan THR menjadi Kampung Seni terintegrasi tidak hanya untuk meraup keuntungan material belaka. Ia mengatakan, rencana tersebut mempertimbangkan keuntungan sosial dan budaya bagi masyarakat Kota Surabaya.
Dwija mengatakan, Kampung Seni terintegrasi tersebut bertujuan untuk menghidupkan kembali pusat seni dan budaya di Surabaya, yang dulu pernah berpengaruh luas hingga nasional melalui kegiatan-kegiatan di Taman Hiburan Rakyat. “Ada ludruk, ada ketoprak, juga srimulat. saat itu kan tidak hanya berpengaruh secara lokal tapi juga nasional,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Jumat (24/4/2015).
Tidak hanya keuntungan material saja, Pemkot juga melihat aspek keuntungan sosial dan budaya yaitu mengembangkan aktualisasi bakat-bakat berkesenian dan budaya masyarakat Surabaya. “Ini kan yang lebih tidak ternilai,” katanya. Ini, kata Dwija, sama halnya dengan tujuan Pemkot Surabaya menjadikan Siola sebagai Museum Kota Surabaya.
Harapannya, dengan adanya Kampung Seni terintegrasi dan Museum Kota Surabaya, potensi-potensi pariwisata dan seni budaya di Surabaya terus meningkat. Dengan demikian, pada akhirnya akan memberikan keuntungan secara material juga bagi Pemkot Surabaya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pemkot Surabaya hanya memiliki saham sebesar 37,5 persen atas Taman Remaja Surabaya. Sedangkan sisanya merupakan saham dari Far East Organization, sebuah perusahaan properti swasta asal Singapura.
Dividen dari PT Star sebagai pengelola Taman Remaja Surabaya yang diberikan kepada Pemkot Surabaya pada tahun 2014 sebesar Rp321 juta. Sedangkan pada tahun 2013, jumlah dividen yang diterima oleh Pemkot sebesar Rp320 juta. (den/ipg)