Prof. Dr. Laba Mahaputra, M.Sc., drh guru besar Universitas Airlangga yang ditemukan meninggal dunia di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kamis (24/9/2015) malam, semasa hidupnya diketahui tengah berjuang melawan penyakit karena terinfeksi larva cacing Strongilus.
Prof. Dr. Imam Mustofa, M.Kes., drh salah satu kolega dekat almarhum yang juga pengajar di FKH Unair mengatakan, dirinya tidak bisa memastikan kapan almarhum yang merupakan dokter hewan kuda itu terinfeksi larva cacing Strongilus (sejenis cacing yang hidup di kuda dan menyebabkan zoonosis).
“Menurut anggapan kami, bahwa beliau memang tertular cacing Strongilus. Cacing Strongilus itu bisa bermetastasis hingga ke otak. Nah ketika sudah di otak, itu yang terkadang menyebabkan sakit,” kata Imam seperti dalam rilis Unair yang diterima suarasurabaya.net, Jumat (25/9/2015) sore.
Sementara, A.T. Soelih Estoepangestie, Dr., drh, salah satu kolega yang lain, turut berkomentar mengenai penyakit yang diderita almarhum.
“Larva cacing itu kecil sekali dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Dia itu bisa menembus ke kulit. Nah kalau sudah begitu, karena kecil dia bisa ikutan ke darah, dan jaringan. Kalau jadi dewasa, dia mengeluarkan larva lagi. Itu tidak bisa diketahui sebelum ada gejala. Kalau sudah ada gejala, berarti kerusakannya sudah masif. Kalau masih di darah, itu masih bisa diobati. Tapi kalau sudah sembunyi di jaringan, obatnya sudah susah untuk memecah larva,” kata Soelih.
Menanggapi isu miring tentang kematian Prof. Laba, menurut Imam, hal itu sama sekali tidak mungkin.
“Beliau adalah seorang akademisi, guru besar, dan ilmuwan yang sangat profesional. Kedua, kegiatan beliau sangat banyak. Biasanya kan orang yang memiliki kecenderungan bunuh diri itu orang yang tertekan, dan pelamun. Ini beliau masih sangat aktif, termasuk membimbing mahasiswa. Beliau juga merupakan pribadi yang religius. Sudah umrah dan haji. Kegiatan ibadah sehari-hari juga bagus. Jadi, tidak masuk akal kalau beliau bunuh diri,” kata Imam.
“Jangankan orang yang kena Strongilus, orang yang mengalami tekanan darah tinggi saja kadang bisa jatuh karena pusing.”
Semasa hidupnya, almarhum Prof. Laba dikenal sebagai seorang pekerja keras yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada bidang akademik dan pengabdian masyarakat. Sejak tahun 1978, almarhum meniti karir dengan menjadi dosen di FKH Unair. Pada tahun 2001, almarhum dilantik menjadi Guru Besar FKH Unair bidang Reproduksi.
Almarhum Prof. Laba juga aktif di Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI) dan aktif sebagai dokter hewan kuda di sana sejak 1991. Almarhum juga diketahui aktif di peternakan kuda di Kenjeran-Surabaya, Trawas-Mojokerto.
Jenazah Prof Laba disemayamkan di FKH Unair, Jumat (25/9/2015) pagi sebelum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih, Surabaya. Pimpinan FKH Unair, perwakilan Rektor Unair, mahasiswa, serta kerabat keluarga memberi penghormatan akhir kepada Prof. Laba.
Dalam upacara persemayaman tersebut, masing-masing perwakilan memberikan prakata yang menjelaskan kesan yang bersangkutan bersama Prof. Laba. Usai pemberian prakata, sivitas akademika yang hadir melaksanakan shalat jenazah dan doa bersama.(iss/ipg)