Rencana pemerintah membangun proyek kereta cepat terus bergulir. Saat ini, Indonesia hanya tinggal menunggu investor yang siap menanamkan modalnya untuk membangun kereta berkecepatan 300km/jam tersebut.
Masyarakat menanggapi rencana pemerintah itu melalui Radio Suara Surabaya, Minggu (20/9/2015) pagi. Ada yang menolak, tak sedikit pula yang mendukung dengan memberikan beberapa masukan.
Laurent, pendengar SS mengatakan, keberadaan kereta cepat cocok ada di Indonesia karena penduduknya cukup banyak. Tujuannya tentu untuk mempermudah mobilitas masyarakat sehingga berdampak pada perkembangan ekonomi, dan tentu saja mengurangi kepadatan lalu lintas.
“Saya punya keinginan kalau dibangun, lebih baik diawali dari Banyuwangi-Jakarta, jarak jauh sekalian. Kalau sudah digunakan, baru ke yang deket-deket” katanya.
Sementara, Inge, pendengar SS lainnya yang pernah lama tinggal di China mengatakan, Pemerintah China justru pertama kali membangun kereta cepat dengan rute yang dekat, yaitu Beijing-Tianjin. Pilihan ini sama dengan kebijakan Pemerintah Indonesia yang memilih rute pendek dahulu, Jakarta-Bandung.
“Pemerintah China berasumsi kalau jaraknya dekat, kalau terjadi apa-apa lebih gampang evakuasi, sekaligus untuk belajar agar lebih baik lagi. Kereta cepat pertama ini mengalami dua kecelakaan,” katanya.
Setelah kereta cepat jarak dekat tersebut sukses, baru Pemerintah China membangun kereta cepat jarak jauh, yaitu Beijing-Shanghai, Beijing-Hangzhou dan Beijing-Suzhou.
“Kereta cepat rute Beijing-Guangzhou dibuat paling akhir. Kereta cepat rute ini pernah mengalami tabrakan frontal dengan kereta cepat rute sebaliknya, tapi tidak ada korban jiwa. Pemerintah China mengantisipasi dengan mengosongkan beberapa gerbong pertama,” ujar Inge.
Selain itu, rel kereta cepat di China, kata Inge, juga berbeda dengan rel kereta yang lama. “Stasiunnya sama tapi relnya berbeda. Biasanya para turis lebih senang naik kereta cepat meski harganya lebih mahal, karena hemat waktu dan uang. Harganya hampir sama dengan pesawat,” katanya.
Sementara, Supono pendengar SS membagikan pengalamannya naik kereta cepat Shinkansen di Jepang. “Wah, kenceng banget. Kecepatannya bukan main. Dari Osaka ke Tokyo, hanya perlu waktu 3 sampai 4 jam. Di dalam sama sekali tidak terasa getarannya,” katanya.
Menurut Supono, harapan masyarakat adalah tersedianya angkutan umum yang aman dan nyaman.(iss/dop)