Kerentanan dan tantangan perubahan iklim tersebut tidak menghentikan komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam aksi global menurunkan emisi.
“Indonesia berkomitmen menurunkan emisi sebesar 29% dibawah business as usual pada tahun 2030 dan 41% dengan bantuan internasional,” kata Presiden Joko Widodo ketika menyampaikan Pernyataan Kepala Negara pada Conference of the Parties (COP) 21 UNFCCC di Paris Perancis, Senin (30/11/2015) sore.
Penurunan emisi dilakukan dengan mengambil langkah pada beberapa bidang. Di bidang energi misalnya, dilakukan dengan mengalihkan subsidi BBM ke sektor produktif. “Peningkatan penggunaan sumber energi terbarukan hingga 23% dari konsumsi energi nasional tahun 2025 dan pengolahan sampah menjadi sumber energi,” ujar Presiden Jokowi.
Di bidang tata kelola hutan dan sektor lahan, penurunan emisi dilakukan melalui penerapan one map policy, menetapkan moratorium dan review ijin pemanfaatan lahan gambut. “Pengelolaan lahan dan hutan produksi lestari,” kata Presiden Jokowi.
Sementara di bidang maritim penurunan emisi dilakukan dengan mengatasi perikanan ilegal/IUU Fishing dan memberikan perlindungan keanekaragaman hayati laut. “Dan upaya ini melibatkan seluruh masyarakat, termasuk masyarakat adat,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden yang berbicara dalam bahasa Indonesia mengatakan bahwa sebagai salah satu negara pemilik hutan terbesar yang menjadi paru paru dunia, Indonesia hadir di sini untuk menjadi bagian dari solusi.
Presiden Jokowi dengan tegas menyatakan bahwa pemerintahan yang dipimpinnya akan membangun Indonesia dengan memperhatikan lingkungan. “Saya hadir disini untuk memberikan dukungan politik kuat terhadap suksesnya COP 21,” ucap Presiden Jokowi.
Indonesia memiliki kondisi geografis yang rentan terhadap perubahan iklim dan dua pertiga wilayah terdiri dari laut memiliki 17 ribu pulau, banyak diantaranya pulau-pulau kecil. “60% penduduk tinggal di pesisir dan 80% bencana selalu terkait dengan perubahan iklim,” ucap Presiden Jokowi.
Restorasi Ekosistem Gambut, Upaya Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan
Baru-baru ini, kata Presiden, Indonesia mengalami kebakaran hutan dan lahan gambut. “El Nino yang panas dan kering telah menyebabkan upaya penanggulangan menjadi sangat sulit, namun telah dapat diselesaikan,” ujar Presiden Jokowi.
Tentunya penegakan hukum secara tegas dilakukan dan langkah prevensi telah disiapkan dan sebagian mulai diimplementasikan. “Restorasi ekosistem gambut dengan pembentukan Badan Restorasi Gambut,” kata Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi berharap kesepakatan Paris harus mencerminkan keseimbangan, keadilan serta sesuai prioritas dan kemampuan nasional. Selain itu juga bersifat mengikat, berlaku untuk jangka panjang, dan ambisius. Namun tidak menghambat pembangunan negara berkembang. “Untuk mencapai kesepakatan Paris, semua pihak, saya ulangi, semua pihak harus berkontribusi lebih dalam aksi mitigasi dan adaptasi, terutama negara maju,” kata Presiden Jokowi.
Kontribusi itu ditunjukkan dalam mobilisasi pendanaan USD 100 Milyar hingga 2020, dan ditingkatkan untuk tahun-tahun berikutnya. “Transfer teknologi ramah lingkungan dan peningkatan kapasitas,” ujar Presiden Jokowi.
Dengan tercapainya kesepakatan Paris, Presiden berharap seluruh peserta COP 21 menjadi bagian dari solusi. “Menjadikan bumi ini menjadi tempat yang nyaman bagi anak cucu kita. Menjadikan bumi menjadi tempat yang sejahtera bagi kehidupan mereka,” ujar Presiden Jokowi.
Di awal sambutannya, Presiden menyampaikan duka cita kami yang mendalam atas aksi teror di Paris tanggal 13 November 2015, yang menelan korban sipil yang tidak berdosa. “Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia menegaskan bahwa Islam mengajarkan perdamaian dan Islam mengajarkan toleransi,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa tindakan teror tersebut tidak ada kaitannya dengan agama, bangsa dan ras apapun. (ant/dwi)