Aspek pendapatan lebih menentukan tingginya indeks kebahagiaan orang Indonesia ketimbang keharmonisan keluarga. Indeks kebahagiaan pada 2014 mengalami peningkatan sebesar 3,17 poin dari 65,11 pada 2013 menjadi 68,28 pada 2014.
Berdasarkan data dari situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial.
Kesepuluh aspek tersebut secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasaan terhadap kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan serta kondisi keamanan.
Peningkatan tertinggi pada pendapatan rumah tangga 5,06 poin sementara keharmonisan keluarga mengalami peningkatan paling rendah sebesar 0,78 poin.
Indeks kebahagiaan ini adalah yang kedua dilakukan BPS, setelah pada 2013 lalu. Sampel yang diambil BPS lebih banyak secara kuantitas, dan diklaim lebih representatif.
Pada 2013 lalu, BPS mengukur indeks kebahagiaan dengan sampel 10.000 orang, dan meningkat pada pengukurannya di 2014 dengan sampel sebanyak 70.631 responden.
Responden perkotaan sebanyak 57,84 persen, sementara desa sebanyak 42,16 persen. Responden laki-laki yang diamati sebanyak 50,98 persen, dan perempuan sebanyak 49,20. Kepala Rumah Tangga 64,34 persen dan pasangan Rumah Tangga sebesar 35,66 persen.
Kepala Rumah Tangga teramati berpendidikan tidak tamat SD 25,68 persen, berpendidikan SMP sebesar 15,79 persen, berpendidikan SMA sebesar 21,78 persen, dan berpendidikan Perguruan Tinggi sebesar 9,15 persen. (dwi/rst)