Siang itu pertemuan dengan Lintu Tulistyantoro Ketua Kibas seperti obrolan yang tak pernah terjadi sebelumnya. “Berbeda dengan motif-motif kain batik Jawa, dari Yogyakarta atau Solo, kain batik Pamekasan tidak punya kekhasan yang menjadi motif dasar,” buka Lintu.
Motif Batik Pamekasan itu bebas, lebih pada lingkungan. Ada kembang, ada binatang, atau alam. Oleh karena itu, selembar kain batik Pamekasan kata Lintu tidak akan pernah selesai didiskusikan dalam waktu singkat.
Contoh sederhana untuk isen antara satu kain dengan kain lainnya dapat dipastikan akan berbeda meskipun dalam motif yang sama. Ini menurut Lintu sangat berbeda dengan batik yang biasa dibuat di Jawa.
Demikian juga soal pewarnaan. Di Solo atau Yogyakarta, selembar kain batik dengan warna cokelat, maka yang kita temukan cokelat keemasan di Solo atau biasa dikenal Sogan. Sedangkan di Yogyakarta, warna cokelat pada kain batiknya terasa sangat gelap.
“Kalau cokelat di batik Pamekasan tidak sama. Ada nuansa terang, tapi tidak terlalu kinclong. Pun tidak terlalu gelap mencekat seperti warna cokelat batik Yogya. Ini yang membedakan satu di antaranya,” papar Lintu yang secara khusus memang menggali potensi serta sejarah kain batik ini.
Tumpal pada kain batik Pamekasan jelas tidak sama dengan gaya khas Solo serta Yogyakarta. Tumpal batik Pamekasan tidak lebar untuk menyebut ukuran yang tidak terlalu sempit juga.
Belum lagi isian pada bagian ujung kain batik itu, ditandai dengan pucuk yang berbentuk segitiga. “Pada tumpal kain batik Sidoarjo juga ada. Tapi berbeda, meskipun ukurannya hampir sama,” kata Lintu.
Termasuk penggunaannya. Tumpal bagi pengguna batik Yogyakarta justru ingin ditampilkan didepan sebagai aksen. Sedangkan untuk Solo sebaliknya, karena tumpal justru disembunyikan. Tidak boleh diperlihatkan.
Masih banyak cerita yang ingin disampaikan Lintu Tulistyantoro, Selasa (13/10/2015) siang itu tentang selembar kain batik Pamekasan. “Tapi nanti Kamis (15/10/2015) silahkan datang ke House of Sampoerna untuk melihat pembukaan Rupa Ragam Batik Pamekasan. Ceritaku belum tuntas, datang yaa,” kata Lintu Tulistyantoro saat ditemui suarasurabaya.net.(tok/ipg)