Kekeringan akibat kemarau panjang di tahun 2015 kali ini, diperkirakan akan terjadi lebih panjang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Saat ini saja, dampak secara langsung akibat kekeringan itu sudah sangat dirasakan oleh masyarakat yang ada di daerah aliran sungai (DAS) Brantas, dengan mengecilnya debit air sungai Brantas.
“Khususnya di Kali Surabaya. Semula debitnya mencapai 80 M3/s saat ini sudah berkurang jauh menjadi sekitar 18 M3/s. Ini sangat terasa bagi warga masyarakat disana,” tegas Prigi Arisandi Direktur Eksekutif Ecoton.
Berkurangnya debit air sungai ini, lanjut Prigi membawa dampak menurunnya fungsi Kali Surabaya sebagai pengencer beban pencemaran dari berbagai limbah industri termasuk limbah domestik yang masuk ke dalam sungai.
Sungai, secara umum memiliki kemampuan alamiah sebagai self purifikasi atau daya imun terhadap ekositem sungai sendiri, sehingga mampu mengurangi beban pencemaran yang masuk ke sungai.
“Self purifikasi itu menjadikan sungai punya kemampuan alamiah menguraikan atau mereduksi berbagai limbah pencemaran yang masuk kedalam sungai. Sehingga sungai tidak berubah kualitasnya. Ini alamiah,” kata Prigi lagi.
Tetapi jika beban limbah pencemaran tadi lebih besar, tambah Prigi, maka sungai tidak lagi mampu mereduksi atau menguraikan limbah yang masuk kedalam sungai.
Yang terjadi kemudian, sungai menjadi minim akan Oksigen terlarut dan itu secara kasat mata ditandai dengan terjadinya ikan yang mati massal, Munggut.
“Dan ikan mati massal atau munggut itu akhirnya terjadi dimana-mana di sepanjang DAS Brantas. Dan itu sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu,” tegas Prigi Arisandi.
Meski ini dianggap sebagai bagian dari terjadinya musim kemarau tetapi tetap harus diwaspadai agar ketika kemarau panjang terjadi, sungai masih tetap memberikan fungsinya, dan masyarakat terhindar dari bencana. Apapun bentuknya.
“Masyarakat khususnya industri di sepanjang DAS Brantas harus diingatkan. Limbah industri dan limbah domestik juga perlu dikurangi dengan sangat agar sungai masih tetap berfungsi normal secara alamiah meski kemarau berkepanjangan. Jika tidak, maka sungai akan kehilangan fungsinya, dan masyarakat yang akan merasakan dampaknya,” pungkas Prigi Arisandi pada suarasurabaya.net, Selasa (25/8/2015). (tok/rst)