Heilbent merupakan alat bantu membersihkan tumpahan minyak di laut, yang diinovasikan Angelina Natasya Angdika, mahasiswa Program Studi Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya.
Heilbent merupakan pemenuhan tugas PDP (Project Desain Produk) 3 yang tahun ini bertema Bencana. Heilbent dibuat untuk menjawab solusi nelayan atau petugas laut untuk membersihkan tumpahan bahan bakar (khususnya minyak) dengan lebih cepat dan praktis.
Ide awal bermula ketika mahasiswa yang tinggal di kawasan Manyar ini mengetahui tumpahan bahan bakar kapal di Teluk Mexico beberapa tahun lalu. Angel kemudian mulai Googling terkait proses pembersihan minyak di laut.
Heilbent dirancang untuk penggunakan skala kecil. Bahan dasar Heilbent adalah Rambut Manusia. Bahan dasar ini kata Angelina terispirasi saat masih di bangku sekolah dalam pelajaran biologi.
“Guru saya pernah mengatakan kalau kamu tidak keramas berhari-hari maka rambut akan berminyak, dari contoh nyata itu berarti dapat disimpulkan kalau rambut dapat menyerap minyak,” ungkap Angelina.
Bagaimana Heilbent dibuat? bahan Rambut yang dikumpulkan dari 5 salon ini dimasukkan ke dalam kain bernama Spanboom, sebuah jenis kain ringan yang tidak menyerap air namun membantu Rambut bekerja maksimal menyerap tumpahan minyak.
Spanboom sengaja dipilih warna yang mencolok supaya ketika ada bencana ditengah laut dan gelap, dapat membantu proses aplikasinya dan begitu pula saat dimasukkan air laut, nelayan atau petugas mudah memantau keberadaannya.
Dengan memasukkan Heilbent kedalam tumpahan minyak kemudian menggunakan tali ditarik sesuai sebaran minyak di laut. Setelah itu, Heilbent diperas dengan cara digulung sedemikian rupa melalui formasi tertentu ke dalam roller yang terbuat dari fiber glass.
“Kelemahan Heilbent ini, diantaranya bahan Spanboom hanya bisa digunakan sekali saja, sehingga ketika terjadi bencana tumpahnya bahan bakar minyak, nelayan atau penggunanya harus membelinya lagi,” lanjut Angelina.
Sementara itu, ditambahkan Kumara Sadana MA dosen pembimbing karya Angelina, bahwa karya mahasiswanya ini cukup inovatif. “Tidak hanya inovativ. Saya kira, karya ini juga sangat aplikatif menjawab kebutuhan kapal-kapal SAR atau kapal NGO lingkungan seperti Greenpeace,” pungkas Kumara Sadana pada suarasurabaya.net, Rabu (21/1/2015). (tok/rst)