Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Tarif Dasar Listrik (TDL) dan tarif kereta api dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, membuat rakyat Indonesia semakin terbebani. Belum lagi harga bahan pokok yang biasanya juga ikut terkerek naik.
Beberapa pemilik media sosial melalui laman Facebook E100 dengan tagar #SSTODAY, Senin (6/4/2015), mengungkapkan kekecewaannya. “Memang pemerintah tidak pernah memikirkan beban rakyat kecil yang semakin berat,” tulis Sulastri. Bayu AP menulis, “Sedih, perusahaan tambah susah. Pasar sepi, gaji ga naik plus telat lagi. Harga-harga naik semua.”
Banyak juga yang menyampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah saat ini. “Pemerintahan sekarang udah ndak memihak ke pada rakyat,presiden ndak sadar kalo yang milih jadi presidan itu adalah rakyat,” tulis Ealy Moockheen. Senada, netter Irawan Van Genjez menulis, “Rakyat Indonesia… Hidup di Negeri sendiri… Seperti hidup di Negeri orang… Segalanya mahal… Pendidikan… sembako… bahkan pajak atas rumahnya sndiri…kapan negara punya pemimpin yg benar” utk dan memikirkan rakyat…???”
Netter Poedji Bimbie menyayangkan mengapa justru rakyat kecil yang dibebani, bukannya perusahaan besar. Dirinya menulis, “Sangat disayangkan kenapa mengurangi subsidi + menaikan pajak / bikin pajak baru secara bersamaan… BERTAHAP pak… Mengurangi subsidi bbm itu sdh menambah pemasukan pemerintah hampir 200 Trilliun… kenapa dipaksakan unt.menaikan yang lain juga seperti pln, elpiji, tiket-tiket, pbb dan pajak-pajak baru yang lain… Kenapa sementara tidak mengejar pajak perusahan-perusahaan tambang yang besar-besar terutama yang tinggal mengeruk tanpa bayar pajak…?? Ekonomi mandeg nih baik bisnis besar maupun kecil…”
Terkait kenaikan harga tiket KA, netter Agung Budiarto mengeluhkan pelayanan di KA tidak sesuai kenaikan tarifnya. “Tarip kerata api ekonomi naik, mbok PT KAI care dlm pelayananan, mosok perjalanan yogya -banyuwangi, atau jakarta-sby, atau malang-bandung, atau jember-purwokerto yang ditempuh > 6 jam, tanpa diberi air minum, mbok mikir, apa salahnya ada air minum bagi penumpang? Cobalah berpikir pasa sisi konsumen, jangan memburu profit saja, padahal uang rakyat nempel juga lho di PT KAI,” tulis Agung.
“Harga di restKA…pop mie cup+air = 10K …. pop mie+kopi =15K …. .. masalahnya siapa yang jadi Ombudsman di KA? penumpang dilarang mengeluh, jika tidak suka pergi, pilih moda transportasi lain…. apakah ini cara KAI “mengusir” kaum bcakpacker?” tulisnya lagi. (iss/fik)
Teks Foto: Laman E100
Foto: Facebook