Sabtu, 23 November 2024

Hanya Tersisa 100 Harimau di Hutan Bakau Terbesar Dunia

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Harimau di Taman Nasional Sundarban. Foto: NIK

Survei terbaru mencatat hanya ada 100 harimau yang ditemukan di muara hutan bakau terbesar di dunia, Taman Nasional Sundarbans, di Bangladesh, jauh lebih sedikit dari hewan langka daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Taman Nasional Sundarban juga merupakan taman nasional yang menjadi tempat pelestarian harimau dan tumbuhan biosfer.

Mengutip Antara, beberapa 440 harimau tercatat selama sensus sebelumnya yang dilakukan pada 2004 di Sundarbans terdaftar sebagai Warisan Dunia, sebagai salah satu habitat terakhir yang tersisa di dunia untuk kucing besar.

Menurut Tapan Kumar Dey konservator satwa liar, analisis dari rekaman kamera dari survei selama setahun yang berakhir pada bulan April ditemukan harimau berkisar antara 83 dan 130, dengan rata-rata menjadi 106.

“Jadi, rata-rata ada sekitar 106 harimau yang kami miliki di Sundarbans. Angka ini lebih akurat,” jelas Dey terkait hasil survei yang belum dirilis untuk umum, sebagaimana dikutip dari AFP, Senin (27/7/2015).

Sekitar 74 harimau sebelumnya telah dihitung di Sundarbans di bagian India, yang mencakup hampir 40 persen dari hutan dalam kedua negara lebih dari 10.000 kilometer persegi (3.860 mil persegi).

Harimau Bengal hidup terutama di India, di mana secara nasional terdapat 2.226, dengan populasi yang lebih kecil di Bangladesh, Nepal, Bhutan, China dan Myanmar.

Monirul Khan, Profesor Zoologi dari Universitas Jahangirnagar Bangladesh, yang juga seorang pakar harimau terkemuka, menilai hasil survei terbaru membuktikan ketakutannya dengan jauh lebih buruk.

“Tampaknya populasi telah menurun (di masa lalu) lebih dari apa yang telah kami takutkan,” ungkap Khan.

Khan mengatakan pemerintah perlu berbuat lebih banyak untuk melindungi hewan, yang jumlahnya menyusut karena perburuan dan pembangunan yang demikian pesat di tepi hutan.

The World Wildlife Fund mengatakan harimau di seluruh dunia berada dalam bahaya serius menjadi punah di alam liar. Jumlah mereka telah jatuh dari 100.000 pada tahun 1900 menjadi sekitar 3.200 sekarang.

Para pejabat telah mengakui bahwa sistem pelacakan Pugmark digunakan pada tahun 2004 tidak dapat diandalkan dan kamera yang dipasang di pohon-pohon di seluruh hutan untuk survei terbaru.(ant/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs