Sabtu, 23 November 2024

Go-Jek Diminati Masyarakat, Dimusuhi Angkutan Umum

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Anggota Gojek menerima order calon penumpang melalui melalui aplikasi HP. Foto: Jose suarasurabaya.net

Go-Jek transportasi sepeda motor berbasis aplikasi ini keberadaannya semakin diminati masyarakat Jakarta dan jumlah anggotanya pun terus bertambah.

Bahkan sampai 1 September 2015 pemilik sepeda motor yang bergabung dengan Go-Jek ini jumlahnya lebih dari 9.000 orang termasuk dulunya ojek pangkalan.

Masyarakat pengguna transportasi umum yang sebelumnya menganggap ojek rendah sekarang banyak yang memanfatkan jasa Go-Jek.

Alasannya, ongkosnya murah, tertata dengan baik, ordernya mudah dan cepat, cukup melalui aplikasi handphone. Satu lagi tukang ojeknya memakai jaket dan helm yang seragam hijau putih sehingga mudah dikenali.

Dalam masa promo, Go-Jek menetapkan tarif jauh dekat sama saja, yakni Rp15 ribu. Namun mulai Kamis (3/9/2015) turun menjadi Rp10 ribu.

Sebagai contoh, dari stasiun Gambir ke Taman Mini Indonesia Indah kalau naik taksi atau ojek pangkalan ongkosnya bisa mencapai Rp80 ribu. Kalau naik Go-Jek cuma Rp10 ribu.

Tarif yang murah ini, membuat angkutan sepeda motor berbasis online dengan cepat diminati masyarakat.

Tapi membuat cemburu angkutan umum lain seperti taksi, metro mini, kopaja dan ojek pangkalan. Gara-gara penumpangnya banyak yang lari ke Go-Jek .

Penghasilan yang diperoleh anggota Go-Jek juga lumayan besar. Waktu diundang makan siang bersama Presiden di Istana Negara, Supardi anggota Go-Jek menyebut penghasilannya rata-rata Rp300 ribu sampai Rp400 ribu per hari. Pengakuan ini membuat Presiden tercengang.

Rincian penghasilan yang diperoleh, selain upah langsung dari penumpang, anggota mendapat bonus dari managemen yang nilainya berdasarkan jarak tempuh waktu melayani penumpang. Bonus ditransfer ke rekening bank anggota yang ditunjuk, bisa diambil setiap waktu.

Beberapa pengguna angkutan umum merasa diuntungkan dengan keberadaan Go-Jek ini. Namun ada pihak yang dirugikan yakni angkutan umum. Penghasilan mereka terus merosot karena disedot Go-Jek.

Andrian Sitorus sopir taksi mengatakan, tidak ada Go-Jek saja untuk mengejar setoran ngos-ngosan karena banyaknya saingan. “Sekarang ada Go-Jek , mampuslah kita,” keluhnya.

Kehadirannya Go-Jek meskipun diterima masyarakat namun menyisakan kontroversi karena tidak punya payung hukum.

Sementara itu, Irjen Tito Karnavian Kapolda Metro Jaya menyebut polisi tidak dapat mengambil tindakan hukum terhadap keberadaan Go-Jek karena harus mempertimbangkan sisi positif meski belum memiliki payung hukum.

Kapolda menyatakan seluruh lapisan masyarakat harus melihat pandangan warga terhadap Go-Jek sehingga tidak hanya dilihat dari aspek hukum.

Shafrudin Sinungan Ketua Organda DKI menyatakan, keberatan dengan beroperasi Go-Jek karena membuat penghasilan anggotanya berkurang.

Nadiem Makarim CEO PT Go-Jek Indonesia menanggapi protes itu dengan tenang. Pria lulusan Harvard University ini menyebutkan Go-Jek bertujuan untuk membuat transportasi pintar (smart transportation system) yang kelak akan menyambungkan antar angkutan lain.

Nadiem menyambut gembira siapa saja yang ingin bergabung dengan Go-Jek. Syaratnya mempunyai kemauan kerja keras, disiplin, taat hukum di rumah maupun di jalan. (jos/dwi/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs