Jumat, 22 November 2024

Fenomena Remaja Berisiko AIDS di Surabaya Bikin Merinding

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Salah satu remaja putri mantan pecandu narkoba membacakan musikalisasi puisi di HAS, Minggu (13/12/2015). Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net

Para remaja perempuan mantan pecandu yang telah menjalani rehabilitasi di pusat rehabilitasi PLATO (emPowering and Learning trough Assistance, Training and Organizing) memeriahkan peringatan Hari Aids Sedunia (HAS) di Balai Pemuda, Minggu (13/12/2015).

Mereka yang pernah terjerumus ke dunia hitam narkoba ini menampilkan musikalisasi puisi di panggung HAS di balai pemuda. Veronica, konselor remaja Plato mengatakan, fenomena pecandu narkoba di beberapa sekolah di Surabaya membuatnya merinding.

Bagaimana tidak, dalam satu kesempatan sosialisasi di beberapa SMP di Surabaya, ternyata cukup banyak remaja yang mengaku menjadi pecandu narkoba.

“Kami mengadakan sosialisasi Desember ini ke SMP-SMP di daerah pinggir, seperti Sememi, Semampir, dan Ambengan. Ternyata banyak sekali yang sudah menjadi pecandu. Saya sampai merinding,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Minggu (13/12/2015).

Dalam satu kali kesempatan, ada sekitar 300-an pelajar SMP dan 120 remaja SMA yang curhat ke Konselor PLATO dan mengakui bahwa mereka adalah pecandu narkoba.

“Angka ini mungkin lebih banyak lagi di lapangan. Berdasarkan studi kasus kami, mereka ini adalah anak-anak galau, broken home, yang berada di lingkungan trek-trekan atau cangkrukan,” kata Veronika.

Para remaja ini mengaku mengenal narkoba dari pergaulan itu. Di tempat trek-trekan atau di cangkrukan, kata Veronika, mereka ditawari narkoba hingga akhirnya kecanduan.

PLATO juga memiliki panti rehabilitasi khusus remaja putri di daerah Jojoran, Surabaya, yang memfasilitasi rawat inap dan rawat jalan bagi para pecandu narkoba.

“Para pecandu akan menjalani rawat inap selama 60 hari, kemudian rawat jalan selama 50 hari. Kami juga melakukan pendampingan pasca rehabilitasi, untuk membantu mereka bersosialisasi ke masyarakat,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, para pecandu narkoba, terutama mereka yang menggunakan jarum suntik, berisiko tertular HIV/AIDS.

Tidak hanya PLATO, lembaga swadaya masyarakat (LSM) lain, yang turut berkontribusi dalam acara HAS pertama di Surabaya ini, adalah LSM Sebaya dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).

Via Hafidah, Konselor Remaja Sebaya PKBI membeberkan temuan mereka, bahwa fenomena seks berisiko (tanpa kondom dan bergonta-ganti pasangan) di Surabaya juga dilakukan oleh anak-anak berusia di bawah 18 tahun.

“Ada anak-anak usia 14 tahun yang mengaku kepada kami sudah melakukan hubungan seksual berisiko,” ujar Via di stand konseling Maze 4 Change dalam HAS.

Sebaya menggagas metode preventif HIV/AIDS dengan gerakan dansa. Metode yang mereka beri nama Dance4life ini memungkinkan remaja mendapat edukasi tentang HIV/AIDS melalui gerakan dansa. (den/iss/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs