Dupa dan Lilin, Temani Doa Imlek di Klenteng Cokro

Sejak pukul 07.00 WIB, ratusan umat Tri Dharma dan Khonghucu berdatangan di klenteng Hong San Ko Tee Jl. HOS Cokroaminoto, Surabaya. Ditemani asap Yusua dan temaram cahaya lilin merah, umat memanjatkan doa berharap berkah di tahun baru.

”Yang penting sembahyang dulu. Memohon berkah untuk tahun baru ini. Kelimpahan rezeki, kesehatan, dan kesejahteraan buat seluruh keluarga. Semalam sudah sembahyang tapi bersama keluarga di rumah. Pagi ini ke klenteng berdoa kepada Tuhan dan untuk leluhur. Semoga tahun depan tetap sehat, sejaterah,” kata Oeng Hian Lim warga Siwalankerto, Surabaya.

Mengenakan baju bernuansa warna merah, Oeng Hian Lim yang datang bersama Istri dan anak-anaknya, menganggap bahwa Imlek itu identik dengan berdoa bersama keluarga. “Setelah sembahyang, kami mengunjungi saudara-saudara yang lebih tua. Biasanya makan bersama,” tambah Oeng Hian Lim saat ditemui suarasurabaya.net.

Sin Cin warga Darmo Permai, Surabaya yang datang sendiri ke klenteng Hong San Ko Tee mengaku wajib menyempatkan waktu untuk berdoa di klenteng. “Kecuali waktu di Amerika, karena di kota itu tidak ada klenteng. Kalau ditempat lain, selama masih ada klenteng, pas Imlek, selalu disempatkan berdoa, sembahyang,” terang Sin Cin.

Tahun ini, Sin Cin harus berangkat sendiri ke klenteng lantaran keluarganya sedang berada di Singapura. “Biasanya sama keluarga. Kebetulan tahun ini saya sendirian. Jadi ke klenteng sendirian. Yang penting bisa berdoa buat Tuhan dan leluhur. Semoga tahun baru ini dilimpahkan rejeki dan jodoh, serta kesehatan,” kata Sin Cin.

Pantauan di klenteng Hong San Ko Tee, selain orang dewasa yang datang bersembahyang, Imlek kali ini banyak pasangan anak muda serta anak-anak yang datang untuk berdoa.

Sebagi kelengkapan Imlek 2566, atraksi Barogsay juga ditampilkan di halaman klenteng yang berada di Jl. HOS Cokroaminoto, Surabaya itu.(tok/fik)

Teks foto:
-Umat berdoa untuk Imlek 2566.
Foto: Totok suarasurabaya.net