Sabtu, 23 November 2024
Kisah Penumpang KM Wihan Sejahtera

Duka Penumpang Kapal, Nyaris Kehilangan Saudara Sampai Kehilangan Ijazah

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Adolfus Wendi (60) saat membaca surat pelaporan barang-barangnya yang hilang. Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net

Bersama perempuan keponakannya yang menggendong bayi dua tahun, Adolfus Wendi (60) hari itu menumpang salah satu truk yang ikut dalam muatan KM Wihan Sejahtera

Saat kapal baru berangkat setengah jam, Wendi mendengar benturan dahsyat. Saat itu dia tidak bersama keponakannya.

“Saya tidak sempat cari keponakan saya, dia tidur sama anaknya di kamar (lantai dua kapal,red),” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Senin (16/11/2015).

Kapal sudah sangat miring ketika dia mencoba turun mencari keponakannya yang masih berada di bawah.

Jaket pelampung, sejak suara tabrakan terjadi dan posisi kapal mulai miring, tidak segera diberikan kepada para penumpang.

Wendi mengatakan, jaket itu melayang-layang di udara, dilemparkan ke arah penumpang yang berkerumun.

Wendi masih berusaha mencari-cari keponakannya. Sudah dekat dengan kamar tempat mereka tidur. Tapi sayang, Wendi yang sudah berusia lanjut lupa nama keponakannya yang dia temui di Pelabuhan Sampit beberapa waktu sebelum kejadian tersebut.

Untungnya, beberapa orang yang masih berada di bawah menolong keponakan Wendi bersama bayinya.

“Dua-duanya selamat. Waktu itu banyak yang melompat dari kapal,” kata Wendi yang menumpang truk tersebut untuk pulang menuju Maumere, NTT.

Wendi mengakui, dia tidak membeli tiket kapal secara resmi. Dia menumpang di dalam truk agar mendapatkan harga yang lebih murah.

“Naik truk, lalu dapat tiket di dalam kapal,” katanya.

Fransiskus Nuhan (46), Sopir Truk yang memuat logam besi dan seng ini mengatakan praktik numpang truk ini memang sudah biasa dilakukan.

“Kalau ada yang numpang ya dibawa,” katanya ketika ditemui di Terminal Gapura Surya Nusantara.

Harga tiket kapal untuk penumpang kapal, kata Nuhan, memang tergolong mahal. Sekitar Rp500ribu.

Sedangkan dengan menumpang truk, penumpang cukup membayar Rp300ribu.

“Biasanya, kalau petugas kapal minta ya dikasih 150. 100 untuk petugasnya, 50 untuk kokinya. Untuk uang rokok saja,” katanya.

Sementara ongkos muat truk ke kapal, kata Nuhan, untuk ke Labuan Bajo Rp12,5 juta, sedangkan ke Ende mencapai Rp15 juta.

Berbeda dengan Wendi yang menumpang truk, Sergius Alpini (24), pemuda asal Ende, Flores yang merupakan alumnus Universitas Kanjuruhan Malang itu naik motor ke dalam kapal.

Dia hendak pulang ke rumahnya di Ende, Flores, NTT. Baru september lalu dia wisuda dan sudah selesai mengurus seluruh persyaratan pasca wisuda.

Malangnya, ijazahnya turut tenggelam bersama KM Wihan Sejahtera. Demikian juga motor dan barang-barang lain yang dia bawa.

“Ya sudah, memang sudah nasibnya,” kata Sergius. (den/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs