Pasangan seniman asal Surabaya ini karya-karyanya bergaya kontemporer, namun tetap kental dengan tradisi Indonesia. Pada 2010, Agus Koecink dipilih oleh Bagian Kebudayaan Kedutaan Besar Prancis di Indonesia untuk menjalani residensi seni di Museum Nasional Sejarah Alam Rouen, Prancis.
Bersama istrinya, Jenny Lee, Agus Koecink membuat konsep desain ruang yang dipersembahkan untuk kebudayaan Asia dari koleksi museum tersebut.
Tinggal dan berinteraksi dengan kota Rouen selama 3 kali untuk project museum tersebut, kota di Normandia, wilayah utara Prancis itu kemudian menginspirasi mereka membuat karya seni penuh warna dengan gaya lugu, yang mengingatkan kita akan Chagall.
Agus Koecink Soekamto, dikenal dan diakui berkat karya-karyanya yang khas, dengan gaya kontemporer namun membawa jejak tradisi Indonesia.
Pada tahun 2010, Agus Koecink terpilih oleh Kantor Kebudayaan Kedutaan Besar Prancis di Jakarta mengikuti program beasiswa Mobilité des acteurs culturels indonésiens. Saat itulah, kolaborasi antara Agus dan Museum Nasional Sejarah Alam di kota Rouen dimulai.
Di tahun 2010, Museum Rouen membuat ruangan khusus untuk koleksi dari Asia. Sébastien Minchin, Direktur Museum, berkeinginan melibatkan seniman Asia kontemporer yang memiliki keterikatan kuat dengan budaya Asia. Dipilihlah Agus dan Jenny.
Setelah kontak terkait residensi pertama mereka di museum tersebut pada 2010 berjalan lancar dan, tahap dasar project diletakkan: Agus membuat konsep dan desain denah calon ruang Asia dan project pun dilaksakan.
Peresmian Ruang Asia di Museum Rouen, Prancis, dilakukan 17 Oktober 2014. Dihadiri sejumlah seniman besar Prancis dan pimpinan museum Rouen, media, publik dan undangan. Termasuk Hari Ashariyadi Deputy Chief Of Mission KBRI di Paris.
Pameran Rouen, Je taime digelar pada 20 – 27 Mei 2015 di Galeri AJBS, menyemarakkan Printemps Français atau Musim Semi Prancis. Dibuka Rabu, 20 Mei 2015, pukul 18.30 WIB. Terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.(tok/wak)