Sebagai satu diantara upaya agar pembatik tidak punah, regenerasi pembatik dengan berbagai cara wajib dilakukan.
“Bukan hanya pemerintah, tetapi masyarakat di sentra-sentra produksi batik memang harus terus menerus melakukan regenerasi agar batik maupun pembatiknya tidak sampai punah,” terang Putu Sulistiani Pembatik sekaligus pelestari Batik.
Putu menegaskan regenerasi menjadi bagian penting terhadap keberadaan batik itu sendiri. Karena melalui regenerasi yang benar, maka pelestarian batik dengan sendirinya akan berlangsung.
Demikian juga dengan para pembatiknya. “Jika regenerasi berlangsung dengan benar, maka bukan hanya batik yang dilestarikan, tetapi pembatik juga mengalami kelestarian,” tambah Putu.
Jumat (2/10/2015) bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional di pendopo Jayengrono kompleks Taman Budaya Jawa Timur digelar kegiatan membatik yang diikuti pelajar dari sejumlah sekolah di Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Tuban.
Para pelajar diberikan kesempatan mencoba mengenali batik. Lalu ikut mencoba bagaimana cara membatik yang benar, dengan menggunakan berbagai media. Tidak hanya kain, proses membatik jug abisa dilakukan diatas kayu.
Menurut Lintu Tulistyantoro Ketua Komunitas Batik Surabaya (Kibas) yang juga peneliti batik, regenerasi memang harus dilakukan, dan kepada generasi muda memang sebaiknya diberikan keleluasaan menggunakan berbagai media untuk membatik.
“Biarkan saja anak-anak muda itu membuat kreasinya sendiri dalam membatik. Kalau dasarnya memang sudah diberikan, selanjutnya adalah memberikan kebebasan pada mereka berkreasi. Yang pasti regenerasi harus dilakukan,” tegas Lintu Tulistyantoro.(tok/rst)