Sebuah studi di Amerika Serikat menyebutkan, melanin yang memberi warna pada kulit ternyata juga merupakan salah satu pemicu kerusakan kulit. Hasil tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan Douglas Brash, Profesor di Yale University, dan rekannya.
Pertama-tama, para peneliti tersebut menyinari tikus dan melanosit manusia, sel yang menghasilkan melanin, dengan lampu ultraviolet. Radiasi tersebut menyebabkan sejenis kerusakan DNA yang dikenal sebagai cyclobutane dimer (CPD).
Para peneliti tersebut terkejut saat mengetahui bahwa melanosit bukan hanya dengan cepat menggerakkan CPD tapi juga terus melakukannya selama lebih dari tiga jam setelah paparan sinar ultraviolet berakhir. Sedangkan sel-sel tanpa melanin menggerakkan CPD hanya selama pajanan sinar ultraviolet, demikian laporan Xinhua.
Hasil studi itu, yang disiarkan di jurnal AS “Science”, memperlihatkan bahwa melanin memiliki dampak carcinogenic dan protektif. “Jika kita melihat ke dalam kulit dewasa, melanin memang memberi perlindungai terhadap CPD. Tapi itu melakukannya secara baik dan buruk,” kata Brash, seperti dilansir Antara , Sabtu (21/2/2015).
Para peneliti tersebut kemudian memeriksa besarnya kerusakan yang terjadi setelah pajanan sinar Matahari dengan mencegah perbaikan DNA normal pada sampel tikus. Mereka mendapati bahwa separuh CPD pada melanosit adalah CPD hitam atau CPD yang tercipta dalam kegelapan.
Penelitian lebih lanjut memperlihatkan bahwa sinar ultraviolet mengaktifkan dua enzim yang secara bersama menggairahkan elektron pada melanin, dan energi itu yang bergerak dari proses tersebut, atau dikenal dengan nama chemiexitation, mengakibatkan kerusakan DNA yang sama dengan yang disebabkan oleh sinar matahari pada siang hari. (ant/iss/fik)