Banjir yang terjadi di tiga wilayah Kabupaten Gresik yaitu Kecamatan Benjeng, Cerme, dan Menganti diduga akibat kerusakan hutan. Drs. Satrio Wiweko Pemerhati Lingkungan mengungkapkan, penambangan dan Galian C merupakan faktor kerusakan hutan yang akhirnya menyebabkan banjir.
“Banjir ini akibat dari rusaknya hutan-hutan di Mantup Mojokerto yang bermuara di Kali Lamong. Sementara hutan Dawar Blandong juga rusak, akibat pembabatan. Bukitnya digali, jadinya air hujan yang dulu bisa ditampung di sana sekarang jadi tidak bisa,” ungkapnya pada Radio Suara Surabaya, Sabtu (7/2/2015).
Satrio melanjutkan, penambangan tersebut menyebabkan erosi dan akhirnya merusak material tanah. Dirinya menyesalkan, seharusnya pembangunan sesuatu seharusnya dibarengi dengan tidak merusak lingkungan.
“Yang mengelola hutan adalah pihak Perhutani. Namun pada kenyataannya selalu ada oknum yang bermain di belakang ini. Masyarakat diprovokasi, dikatakan hutan tersebut tidak ada fungsinya, tidak guna. Padahal oknum ini ingin kayunya saja,” katanya.
Dirinya mengeluhkan tidak ketatnya pengawasan dari pemerintah untuk kelestarian hutan. “SDM nya kurang, kalau tidak ada pengawasan, pembabatan bisa dilakukan oleh para oknum setiap hari,” paparnya.
Sekadar diketahui, banjir yang terjadi Jumat (6/2/2015) di wilayah Gading Watu Gresik, Jawa Timur menyebabkan tiga anak meninggal dunia karena terseret arus. Ketiganya akan dimakamkan pukul 10.00 Sabtu (7/2/2015) di Desa Gading Watu Gresik. (dop/ipg)