![](https://www.suarasurabaya.net/wp-content/uploads/2025/01/WhatsApp-Image-2025-01-21-at-20.39.51-170x110.jpeg)
Spesies satwa endemik Gunung Semeru saat ini tengah dilacak dan didata kembali. Terutama spesies yang terancam atau bahkan diperkirakan sudah punah. Seperti Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica) yang diperkirakan sudah punah sejak Tahun 1980-an.
Namun, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) selaku pemangku kawasan hutan di lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa ini berupaya untuk memastikan ada tidaknya spesies langka tersebut.
Caranya, di titik-titik tertentu di kawasan hutan di gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut dipasang camera trap untuk melacak jejak sawat-satwa endemik yang muncul.
Ayu Dei Utari, Kepala Balai Besar TNBTS kepada Sentral FM, Sabtu (6/6/2015), mengatakan bahwa 5 unit camera trap telah dipasang pada 2014 lalu di kawasan hutan sekitar danau Ranu Tompe. Danau ini merupakan danau perawan yang baru ditemukan, yang diperkirakan menjadi habitat dari satwa-satwa langka Gunung Semeru, termasuk Harimau Jawa.
“Satwa endemik Gunung Semeru cukup banyak. Selain Harimau Jawa yang saat ini memang tengah kami lacak apakah masih ada habitatnya ataukah tidak, juga macan tutul, kucing hutan dan musang leher kuning. Sejauh ini yang telah tertangkap jelas oleh Camera Trap baru kucing hutan dan musang leher kuning,” katanya.
Namun untuk jejak dan keberadaan habitat Harimau Jawa di kawasan hutan Gunung Semeru, Ayu Dewi Utari menyatakan belum bisa memberikan keterangan. Pasalnya, sejauh ini keberadaan satwa besar yang masuk kategori hewan buas itu belum tertangkap Camera. Meski jejak-jejaknya telah ditemukan di seputaran Danau Ranu Tompe berupa cakaran di pepohonan.
Untuk itulah, Balai Besar TNBTS menilai jika pemasangan 5 Camera Trap belum optimal untuk merekam jejak satwa langka endemik Semeru. Sesuai rencana, Oktober 2015 ini juga, instansi pemangku kawasan hutan di Bromo-Tengger dan Semeru ini akan memasang lagi 5 Camera Trap tambahan di titik-titik yang lainnya.
Titik pemasangan Camera Trap ini juga akan terus digerakkan (berpindah, red) dengan tujuan untuk mendapatkan gambar Harimau Jawa. “Sebab, mendapatkan gambar Harimau Jawa memang menjadi tujuan pelacakan satwa endemik Semeru yang diperkirakan telah punah dengan memasang Camera Trap ini,” kata dia.
Sebelumnya, seekor macan tutul dewasa setinggi satu meter dengan jejak berdiameter 12 centimeter yang merupakan satwa endemik Gunung Semeru, sempat muncul di jalur pendakian hingga membuat 14 pendaki lokal Lumajang kelabakan karena takut diserang.
Terkait keberadaan hewan ini, Ayu Dewi Utari juga menyampaikan, jika populasi Macan Tutul masih ada di Gunung Semeru. Ia meminta pendaki tidak membuat suara gaduh agar tidak mengundang kehadiran binatang buas tersebut. (her/fik)
Teks Foto :
– Potret kawasan hutan di lereng Gunung Semeru.
Foto : Sentral FM.