Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meminta Joko Widodo Presiden mewajibkan seluruh komponen bangsa mengantisipasi kemungkinan serangan kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) ke Indonesia.
“Ini penting karena mau tidak mau, Indonesia telah menjadi bagian ISIS dengan masih adanya 364 WNI yang bergabung dengan ISIS di Suriah,” kata Prof Irfan Idris Juru Bicara BNPT di Jakarta, Jumat (20/11/2015).
Apalagi, kata dia, Irjen Pol Tito Karnavian Kapolda Metro Jaya menyatakan telah memantau keberadaan kantung-kantung ISIS di Indonesia.
“Meski dianggap rendah atau sedikit, tapi kalau ada di mana-mana, tentu itu akan sangat berbahaya. Mungkin terornya tidak sebesar Paris, tapi itu bisa menjadi pesan bahwa mereka masih ada dan eksis,” kata dia.
Faktanya jelas seperti kasus Dwi Djoko Wiwoho Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PSTP) dan Investasi BP Batam yang gabung ke ISIS, juga dua pemuda Indonesia asal Pekanbaru yang ditangkap di Singapura, serta kasus serupa di Korea Selatan, tutur Irfan.
Irfan mengatakan teror di Paris, Jumat (13/11/2015), yang menewaskan 129 orang tewas dan mencederai ratusan orang lainnya harus menjadi bahan pembelajaran dan antisipasi.
BNPT mensinyalir ISIS mengubah pola teror. Menurut analisis BNPT, serangan teror di Paris merupakan model baru.
“Kalau selama ini mereka melakukan teror dan serangan di wilayah yang pendukung ISIS banyak seperti Suriah dan Irak, sekarang mereka menghantam wilayah yang pendukung mereka sedikit, tapi memiliki dampak yang sangat luar biasa,” ujar Irfan.
Strategi ini, lanjut Irfan, adalah bagian dari strategi melebarkan sayap karena saat ini kedudukan ISIS di Suriah tengah dibombardir pasukan Rusia, sehingga misi mereka menyebarkan paham ekstrem dan khilafah sekaligus menebar teror menjadi terbatas.
Dari situlah, kata dia, ISIS lantas membalas negara-negara yang ikut membombardir mereka melalui pengikut-pengikutnya di negara-negara tersebut.
“Memang secara jumlah, pengikutnya tidak terlalu banyak di setiap negara, tapi ancaman seperti teror Paris, bisa terjadi di negara-negara lainnya. Target mereka selanjutnya mungkin Italia dan Amerika Serikat,” kata Irfan.
Kalau ISIS terus memainkan strategi itu, kata Irfan, pasti akan terjadi banyak teror dan ledakan bom di banyak negara yang ada simpatisannya, termasuk Indonesia.
Karena itu, lanjutnya, seluruh komponen bangsa Indonesia harus ikut aktif membantu BNPT dan lembaga-lembaga terkait dalam penanggulangan terorisme dengan cara meningkatkan kewaspadaan serta memperketat keamanan di tempat-tempat keramaian.
“Selain itu juga memperketat pengawasan secara massif di lembaga-lembaga pendidikan seperti kampus dan pondok pesantren, yang notabene dihuni anak muda yang mudah dicekoki paham-paham ekstrem,” kata Direktur Deradikalisasi BNPT ini.(ant/iss/ipg)